Mau Bayi Tabung? Ini Lima Tandanya

Reporter

Selasa, 16 Desember 2014 22:33 WIB

Sejumlah ibu hamil dari Komunitas Gentle Birth melakukan senam kebugaran Prenatal Yoga di kawasan Banjir Kanal Timur (BKT), Duren sawit, Jakarta (2/3). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta-Bayi tabung acap dianggap sebagai solusi terakhir bagi pasangan suami istri yang belum ada momongan. "Tapi bisa jadi upaya pertama untuk mendapatkan buah hati," ujar dokter Budi Wiweko, SpOG (K), dalam acara mengatasi masalah gangguan kesuburan dengan pilihan cerdas : Not Simple but smart IVF di Hotel Gran Melia, Selasa 16 Desember 2014.


Tandanya adalah terjadi masalah gangguan kesuburan setelah satu tahun menikah dengan hubungan seksual normal, dua sampai tiga kali satu pekan. Penyebabnya, Budi menjelaskan, bisa dibagi menjadi lima macam. Faktor sperma, sumbatan saluran telur, kista coklat, gangguan kematangan telur dan faktor yang tidak dapat dijelaskan. Presentase penyebab karena sperma dan sumbatan sel telur sama besarnya, yaitu 35 persen. "Jadi kalau belum hamil juga, suami dan istri harus datang bersama ke dokter," ujar dokter yang juga praktir di RSCM Kencana ini. (baca : RS Hasan Sadikin Pangkas Biaya Bayi Tabung)

Dari faktor sperma, bisa jadi kualitas dan kuantitas. Sperma yang tidak punya kepala, yang tidak bergerak, yang kerjaannya berputar-putar itu menunjukkan tidak normal. Dilihat jumlahnya, Budi menjelaskan, jumlah sperma yang hanya 0 hingga di bawah 5 juta per cc, juga sudah masuk layak untuk bayi tabung. Kalau ditemukan kondisi sperma dalam jumlah 0, solusinya adalah dengan mengambil dari testis.

Untuk perempuan, ia menambahkan, saluran telur adalah jalur pertemuan utama. Jadi kalau ada sumbatan, maka tidak mungkin sel telur dan sperma bisa bertemu dengan normal."Maka harus ditemukan di luar," ujar Konsultan kesuburan ini. Pada penyebab ketiga, kista coklat atau endometriosis bisa membuat sperma langsung lumpuh. "Dia tak berkutik kena kista yang coklat ini," ujar Budi. Pada kasus kista dan sumbatan, dua masalah tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu dengan operasi. (baca : Kini Bayi Tabung Bisa Rp 30 juta)

Adapun pematangan sel telur, jelas telur yang tidak matang tidak akan menjadi embrio. Maka harus dimatangkan dahulu yang biasanya dengan suntik hormon. Adapun penyebab terakhir, karena tidak diketahui, tentu sampai saat ini masih misteri.

Budi mengingatkan, meski sudah diketahui penyebabnya, tidak semua gangguan kesuburan bisa diselesaikan dengan bayi tabung. "Perempuan yang sudah tidak punya sel telur lagi, tentu tidak bisa dengan cara apapun juga," ujar dia. Oleh itu, maka ada usia maksimum bayi tabung bisa dilakukan yaitu 42 tahun untuk perempuan. Perempuan ketika lahir membawa 700 ribu sel telur. Tapi jumlahnya menukik drastis hingga 25 ribu saja di usia 37 tahun hingga menjadi nol usai menopause.

Itulah mengapa Budi berharap pasangan yang ingin memiliki momongan segera memulai program sedini mungkin. Kalau dengan bayi tabung, Ia mengungkapkan, angka keberhasilannya 40 hingga 50 persen. Tergantung kualitas embrio, dinding rahim hingga faktor psikologis. Mereka yang program kehamilan harus mendapat dukungan kuat dari keluarga dan pasangan.

DIANING SARI


Berita terkait

Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

6 jam lalu

Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

Vitamin D3 berperan penting dalam pembentukan tulang, gigi dan otot janin. Kekurangan vitamin D3 selama masa kehamilan akan menyulut beragam risiko.

Baca Selengkapnya

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

3 hari lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

10 hari lalu

Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

11 hari lalu

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.

Baca Selengkapnya

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

20 hari lalu

Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

Seiring bertambahnya usia, risiko komplikasi terkait kehamilan mungkin meningkat, terutama pada yang berumur di atas 35 tahun.

Baca Selengkapnya

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

22 hari lalu

Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

Semua orang bisa mengalami mual dengan berbagai penyebab. Kapan perlu mendapat perhatian khusus dan periksa ke dokter?

Baca Selengkapnya

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

23 hari lalu

4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

Perilaku dan pola pikir bermasalah mengenai tidur dapat muncul selama kehamilan dan menetap pada masa nifas.

Baca Selengkapnya

Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

24 hari lalu

Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

Tiga dari 4 wanita selama periode hamil dan atau pasca melahirkan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kualitas tidur buruk, atau gangguan tidur

Baca Selengkapnya

Mudik Lebaran, Ibu Hamil Perlu Periksa USG Dulu dan Bawa Camilan Berprotein

25 hari lalu

Mudik Lebaran, Ibu Hamil Perlu Periksa USG Dulu dan Bawa Camilan Berprotein

Ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan melalui USG hingga membawa camilan berprotein tinggi untuk perjalanan mudik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

28 hari lalu

Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih diimbau rutin cek kesehatan mulai dari gula darah, tekanan darah, hingga jantung karena risiko lebih tinggi.

Baca Selengkapnya