Korban Kekerasan Pacar Seperti Fenomena Gunung Es
Editor
Heru Triyono
Minggu, 18 Januari 2015 00:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Masih teringat dalam benak Kristina, 27 tahun, tamparan keras di pipi kanannya, dua tahun lalu. Tamparan itu dilayangkan pacar pertamanya, Affan, 27 tahun, hanya karena ia enggan melakukan hubungan intim sebelum menikah. Kepala Kristina juga didorong ke arah kasur. Di luar itu, dia pernah dibentak sang pacar hanya karena salah mengucapkan kata.
Sejak pemukulan itu, Kristina enggan meneruskan hubungan dengan pacarnya. Walau diakuinya sangat berat memutuskan hubungan dengan sang pacar, dia menyadari pacarnya sudah berbuat kekerasan yang bukan hanya berakibat fatal bagi fisiknya, tapi juga kondisi psikologisnya. Meski mengalami kekerasan, Kristina memutuskan tidak melapor ke polisi.
“Pacar saya telah melakukan kekerasan yang bila dibiarkan akan menjadi kebiasaan setelah menikah nanti. Saya memaafkan dia dengan cara menghentikan hubungan ini,” ujar Kristina saat diwawancarai di rumahnya, di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dua pekan lalu, Jumat 9 Januari 2015.
Atas kejadian itu, dia menjomblo dua tahun akibat trauma dan berkonsultasi ke psikolog. Psikolognya menunjukkan bahwa dia adalah korban kekerasan dalam berpacaran, yang dikenal dengan istilah dating violence atau black dating.
“Black dating itu seperti ice berg atau fenomena gunung es, tidak terlihat ke permukaan karena korbannya tidak melapor,” ujar Roslina Verauli, psikolog keluarga, dua pekan lalu. Menurut Roslina, perilaku kekerasan sering menjadi pemakluman bagi korban, karena yang melakukan adalah orang yang dicintai, sehingga korban black dating tidak melaporkan kejahatan yang terjadi terhadap mereka.
Menurut Roslina, tindakan yang termasuk kategori kekerasan dalam berpacaran meliputi pemaksaan dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Contoh paling sering adalah paksaan melakukan hubungan seksual dan menyentuh bagian tubuh tertentu yang tidak diinginkan pasangan. “Biasanya paksaan berupa dicium tapi tidak ingin dicium, atau paksaan untuk diraba-raba padahal tidak ingin diraba-raba,” ujar Roslina.
Cheta Nilawaty
Berita lainnya:
Bodi Air Asia Ketemu, Basarnas 'Tantang' Moeldoko
Jelang Eksekusi Mati, Rutan Boyolali Sepi
Romo Benny: Ada Hukuman Lebih Menyakitkan dari Mati