Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K) (kiri), melihat fasilitas BSL 3 lab penelitian penyakit infeksi Prof. DR. Sri Oemijati, di Percetakan Negara, Jakarta, 14 Agustus 2014. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Ada kabar baik untuk penyakit TB alias tuberkulosis. Melalui surat elektronik yang dikirim kepada Tempo, Jumat, 30 Januari 2015, Prof dr Tjandra Yoga Aditama mengabarkan obat MDR TB dan diagnosis baru TB. (Baca: Tuberkulosis Tak Sembuh, Bisa Jadi AIDS)
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Balitbangkes Departemen Kesehatan Republik Indonesia, MDR TB alias multi-drug resistance TB adalah tuberkulosis yang resisten atau sudah kebal pada obat yang kini biasa digunakan.
Dengan demikian, kata Tjandra, diperlukan obat baru lantaran selama ini obat-obatan yang digunakan untuk MDR TB tidak sepenuhnya ampuh. (Baca: Mamalia Laut Bawa Tuberkulosis ke Amerika)
"Kini Jepang sudah membuat satu obat TB baru bernama Delamanide, yang sejauh ini sudah melalui penelitian yang terbukti cukup baik dan ampuh untuk meningkatkan konversi kultur sputum sebesar 50 persen," kata Tjandra.
Selain itu, Tjandra menerangkan bahwa obat terbaru ini juga bisa menurunkan kematian hingga 75 persen. Rencananya, di Indonesia akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk obat ini supaya bisa dipakai di sini.
Menurut dia, obat Delamanide ini tergolong nitroimidazole yang bekerja menghambat mycolic acid sehingga tidak ada resistensi silang dengan obat anti-TB yang lain. "Obat ini sudah masuk dalam panduan di WHO sejak Oktober 2014," kata Tjandra.
Selain obat untuk MDR TB, Tjandra juga menyebutkan bahwa Jepang sudah menerapkan produksi cara diagnosis TB terbaru bernama LAM atau lipoarabinoman. (Baca: Indonesia Tertinggal dalam Penanganan Tuberkulosis)
"Kelebihan teknik ini adalah afinitas tinggi untuk diagnosis dan monitor pengobatan. Kemudian tidak ada reaktivitas silang, jadi cukup sensitif," katanya.
Selanjutnya, Tjandra menerangkan bahwa teknik ini menggunakan bahan contoh sputum, bukan darah, sehingga hasilnya mudah didapat hanya dalam sehari. Menurut Tjandra, saat ini Indonesia sedang melakukan penelitian tentang LAM. (Baca: TBC Jadi Penyakit Mematikan Setelah AIDS)
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
4 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI
10 hari lalu
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI
MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa