Ketahui Mekanisme Asap Menyebabkan ISPA

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 23 Oktober 2015 23:02 WIB

Suasana Komplek Stadion Utama Riau yang berselimut kabut asap di Pekanbaru, 18 Oktober 2015. Jarak pandang berkisar antara 50-800 meter. TEMPO/Riyan Nofitra

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli kesehatan telah menyatakan paparan asap sebagai salah satu penyebab seseorang terserang infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).


Namun, bagaimana mekanisme hingga penyakit itu muncul? Spesialis THT dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, dr Herlina Ida Haryaningsih, SpTHT, menjelaskan, sebagai salah satu bagian dari sistem pernafasan tubuh, hidung hingga bronkhus dilapisi sebuah membran mukosa bersilia dan di antaranya terdapat sel-sel goblet.


Hal ini agar udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.


"Hidung juga memiliki sistem pelindung dari partikel debu kasar dan bakteri, yakni rambut halus dalam rongga hidung, silia pada mukosa dan palut lendir yang dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel-sel goblet," ujar Herlina dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat.


Gerakan silia ini, kata dia, akan mendorong palut lendir ke belakang rongga hidung dan menuju faring. Herlina mengatakan, partikel pada debu atau asap akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflek bersin.


Namun, bila partikel ini tidak keluar melalui reflek bersin, maka ia akan menempel pada mukosa hidung, mulut dan tenggorokan yang memang langsung kena pajanan debu atau asap. Kondisi inilah yang akan menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi.


“Peradangan akan merangsang keluarnya sekret berlebihan, hal ini merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri. Karena gerakan silia akan mendorong palut lendir ke belakang rongga hidung dan menuju faring, maka debu maupun bakteri dalam hidung akan bergerak menuju saluran pernafasan bawah," tutur Herlina.


"Akibat paparan debu dan asap saluran pernafasan dapat mengalami penyempitan dan produksi lendir akan terus meningkat," tambah dia.


Jika hal ini sudah terjadi, maka seseorang akan sulit bernafas hingga bakteri tidak bisa dikeluarkan, benda asing tertarik masuk ke saluran pernafasan dan terjadilah infeksi saluran pernafasan, salah satunya ISPA.


Herlina mengatakan, ISPA lebih mudah terjadi karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/ virus dan lain-lain penyebab penyakit (agent), serta buruknya lingkungan (environment).


Penyakit ini akan menimbulkan gejala antara lain, hidung tersumbat atau berair, paru-paru terasa terhambat, batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit, kerap merasa kelelahan, dan tubuh merasa sakit.


"Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul seperti kesulitan bernapas, demam tinggi dan menggigil, tingkat oksigen dalam darah rendah, kesadaran yang menurun bahkan pingsan," pungkas Herlina.

ANTARA

Berita terkait

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

7 November 2023

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.

Baca Selengkapnya

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

9 Oktober 2023

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), memperpanjang kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat kabut asap.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

7 Oktober 2023

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

Dia mengatakan, ketiga negara saling terkait dalam penanggulangan karhutla tak hanya karena lokasinya berdekatan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

7 Oktober 2023

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

Asap karhutla, kata dia, sampai ke negara tetangga ketika karhutla sedang mencapai puncaknya.

Baca Selengkapnya

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

2 Oktober 2023

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

Hal itu dilakukan lantaran kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti daerah tersebut.

Baca Selengkapnya

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

28 September 2023

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengundurkan jam masuk sekolah bagi peserta didik karena dikepung asap.

Baca Selengkapnya

Karhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman

29 Agustus 2023

Karhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman

Manggala Agni dan TNI masih melanjutkan pemadaman kebakaran lahan dan hutan atau karhutla di Desa Tarai Bangun, Kabupaten Kampar, Riau, yang meluas.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya

20 Agustus 2023

Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya

Walhi menyebut kebakaran hutan di Kalimantan yang terus terulang karena pemerintah tidak serius mengurus Sumber Daya Alam (SDA).

Baca Selengkapnya

Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada

8 Juni 2023

Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada

Menurut FlightAware, lebih dari 100 penerbangan telah ditunda di Bandara LaGuardia dan 55 telah ditunda di Bandara Newark.

Baca Selengkapnya

Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California

26 September 2021

Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California

Jaksa mendakwa perusahaan listrik Pacific Gas & Electric karena gagal menebang pohon yang jatuh ke kabel listrik dan memicu kebakaran hutan California

Baca Selengkapnya