Asap Kebakaran Hutan, Anak dan Ibu Hamil Paling Rentan

Reporter

Rabu, 4 November 2015 16:23 WIB

Ribuan umat Muslim melaksanakan salat Idul Adha dengan berselimut kabut asap di Bundaran Air Mancur Masjid Agung SMB II Palembang, Sumatera Selatan, 24 September 2015. Berdasarkan data dari BMKG Jarak pandang di kota Palembang turun hingga 100 meter. ANTARA/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan mulai berkurangnya kabut asap di beberapa titik, perhatian bergeser pada penanganan dampak kesehatan dari bencana tersebut. Menurut Zulkifli Amin, dokter spesialis penyakit dalam dan respirologi, menghirup asap dalam jumlah besar dan secara tiba-tiba dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian. Apalagi asap yang bersifat racun atau iritan akibat kebakaran hutan.

Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini mengatakan kebakaran hutan di Indonesia berasal dari kayu dan gambut yang menghasilkan petroleum. Partikel ini sangat beracun bila berkumpul menjadi satu dengan partikel lain di udara dalam bentuk asap. Angka pencemaran udara akibat kebakaran hutan yang terjadi berbulan-bulan bisa mencapai 300 dalam indeks standar pencemaran udara (ISPU).

“Kadar ini sangat membahayakan, terutama bagi para manula, penderita jantung koroner, bayi, anak-anak, dan ibu hamil,” ujar dokter Zulkifli seperti ditulis Koran Tempo, Rabu, 4 November 2015. Meski respons tubuh setiap orang terhadap asap berbeda-beda, mekanisme kerusakan pada saluran pernapasan akibat gas beracun hampir sama.

Kebanyakan pemicu kerusakan adalah gas iritan yang terhirup mengandung asam atau basa yang terlalu kuat. Misalnya asam hidroklorida dan asam sulfur atau amonia. Gas seperti itu dapat mengganggu keseimbangan derajat keasaman (pH) dalam saluran pernapasan. Ketidakseimbangan pH ini mengakibatkan kerusakan sel yang lebih cepat, terutama pada bagian mukosa atau lapisan saluran tersebut.

Sebenarnya, dalam saluran pernapasan manusia, terdapat mekanisme pertahanan terhadap udara yang dihirup dengan adanya saluran atas dan bawah. Permukaan jaringan paru yang luas juga memiliki pelindung terhadap partikel berbahaya. Cara kerjanya, udara yang dihirup dilembapkan dan dihangatkan sesuai dengan suhu tubuh, kemudian partikel udara yang masuk dengan ukuran lebih besar dibersihkan dari saluran pernapasan melalui mekanisme bersin dan dahak. “Tapi, pada paparan berulang dan lama, mekanisme perlindungan ini tidak cukup kuat, terutama untuk berhadapan dengan banyak substansi fisik dan kimia,” kata Zulkifli.

Lalu, apa yang terjadi pada tubuh manusia bila kelewat sering menghirup asap? Gejala umumnya adalah rasa berat di dada, batuk, sesak napas, mengi (napas berbunyi), kulit membiru, dan suara serak. Bila manusia terpapar asap berat selama 12-48 jam, kadar oksigen dalam darah bisa berkurang. Yang lebih parah, paparan asap berat ini mengakibatkan daya lentur kembang-kempis paru berkurang. “Kondisi ini dapat mengakibatkan terbendungnya darah dalam paru,” ucapnya.

Pertolongan pertama bagi pasien tentunya memindahkan mereka ke tempat sonder asap. Pasien yang mengalami koma harus diberi oksigen berkadar 100 persen. Adapun pasien yang mengalami penurunan kesadaran sangat parah serta gangguan saraf harus menggunakan oksigen hiperbarik (alat berupa ruangan dengan tekanan oksigen tingkat tinggi). Pemberian beberapa antibiotik untuk mencegah infeksi saluran pernapasan juga memungkinkan, tapi harus lewat pemeriksaan dokter.

CHETA NILAWATY


Berita terkait

Pakar Kesehatan Rekomendasikan Cara Pertolongan Pertama Anak Demam

28 November 2023

Pakar Kesehatan Rekomendasikan Cara Pertolongan Pertama Anak Demam

Dr Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), M.Sc memberikan rekomendasi pertolongan pertama saat anak demam yakni memberinya minum sesering mungkin.

Baca Selengkapnya

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

7 November 2023

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.

Baca Selengkapnya

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

9 Oktober 2023

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), memperpanjang kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat kabut asap.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

7 Oktober 2023

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

Dia mengatakan, ketiga negara saling terkait dalam penanggulangan karhutla tak hanya karena lokasinya berdekatan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

7 Oktober 2023

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

Asap karhutla, kata dia, sampai ke negara tetangga ketika karhutla sedang mencapai puncaknya.

Baca Selengkapnya

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

2 Oktober 2023

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

Hal itu dilakukan lantaran kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti daerah tersebut.

Baca Selengkapnya

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

28 September 2023

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengundurkan jam masuk sekolah bagi peserta didik karena dikepung asap.

Baca Selengkapnya

Karhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman

29 Agustus 2023

Karhutla Masih Landa Riau, Manggala Agni dan TNI Lanjutkan Pemadaman

Manggala Agni dan TNI masih melanjutkan pemadaman kebakaran lahan dan hutan atau karhutla di Desa Tarai Bangun, Kabupaten Kampar, Riau, yang meluas.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya

20 Agustus 2023

Kebakaran Hutan di Kalimantan Meningkat, Walhi Sebut Pemerintah Tak Serius Mengatasinya

Walhi menyebut kebakaran hutan di Kalimantan yang terus terulang karena pemerintah tidak serius mengurus Sumber Daya Alam (SDA).

Baca Selengkapnya

9 Rumah Sakit di Indonesia Terapkan Inovasi Kesehatan Berbasis Teknologi Genomik

23 Juni 2023

9 Rumah Sakit di Indonesia Terapkan Inovasi Kesehatan Berbasis Teknologi Genomik

L. Rizka Andalucia menyebutkan sembilan rumah sakit vertikal di bawah Kemenkes yang sudah menerapkan Biomedical and Genome Science initiative (BGSi).

Baca Selengkapnya