Waspada, Anak Jarang Bermain Bisa Jadi Pelaku Bullying
Editor
Alia fathiyah
Rabu, 13 Januari 2016 21:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Bullying adalah penindasan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau kelompok orang tertentu yang lebih lemah. Bullying dapat terjadi dimana saja, baik di sekolah, lingkungan sekitar bahkan rumah atau keluarga.
Lalu, siapa yang biasanya mem-bully dan siapa korbannya? Psikolog Marrielly Djaprie menjelaskan, pelaku bully biasanya merupakan 'korban' dari lingkungan tertentu, terutama jika si pelaku masih anak-anak."Biasanya, pelaku memiliki masalah psikologis," ujar psikolog berambut cepak ini dalam acara bincang-bincang tentang Bullying di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu, 13 Januari 2016.
Kurangnya kesempatan bermain adalah salah satu penyebab munculnya masalah psikologis pada anak. Anak-anak zaman sekarang, kata Liza, memiliki kegiatan lebih banyak dari pada orang tua mereka. "Mereka sekolah, les, belajar, dan sebagainya. Mereka tidak punya waktu untuk bersenang-senang," ungkap Liza yang juga ahli hipnoterapi ini.
Padahal, lanjut dia, bermain adalah hak seorang anak. "Anak itu belajar dari bermain. Mereka belajar untuk saling torelansi, memiliki rasa empati, tenggang rasa. Emosi inilah yang harusnya dilatih. Jangan cuma sekolah lalu les lalu main gadget," katanya.
Tak heran, jika anak tersebut menjadi stres dan tak jarang diantara mereka yang melampiaskan rasa kesalnya kepada orang lain dengan mem-bully orang yang lebih lemah.
Dalam mencari 'mangsa', sama seperti pencopet, pelaku bully juga biasanya memilih-milih korban. "Biasanya mereka cari korban yang tidak punya banyak teman, tidak banyak bicara, atau mereka yang terlihat terisolasi," ungkap Liza.
DINI TEJA