Waspada, Perilaku Nyamuk Penyebar DBD Kini Kian Ganas  

Reporter

Rabu, 23 Maret 2016 13:19 WIB

Nyamuk aedes aegypti. AP/USDA

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivitas dan perilaku nyamuk penyebar demam berdarah kini semakin perlu diwaspadai. Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Upik Kesumawati menyebutkan penyakit demam berdarah (DBD) kerap menyerang manusia setiap memasuki musim hujan.

Kini, vektor DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Larva Aedes aegypti yang semula hanya menempati habitat domestik, terutama penampungan air bersih di dalam rumah, kini mampu berkembang di wadah air yang mengandung polutan.

“Pergeseran populasi nyamuk memang telah terjadi. Pada 1990, misalnya, kompleks IPB Darmaga dihuni Aedes albopictus, tapi pada 2002 hingga sekarang sudah didominasi Aedes aegypti. Kini, keduanya berperan sebagai vektor primer dan sekunder DBD,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu, 23 Maret 2016.

Dia mengatakan perubahan perilaku mengisap darah juga terjadi pada Aedes aegypti yang semula aktif pada siang hari menjadi aktif pada malam hari (nokturnal). Nyamuk tersebut, kata dia, juga mudah terusik, mampu berpindah-pindah dari satu orang ke orang lain, dan menjadi vektor yang efisien dalam meningkatkan risiko penularan DBD.

Menurut dia, sebagai hewan oikilotermik, kehidupan Aedes aegypti dipengaruhi iklim. Jika suhu meningkat, nyamuk dapat hidup lebih aktif dan menularkan virus DBD lebih cepat.

Perubahan lain adalah masa inkubasi ekstrinsik virus DBD dalam tubuh Aedes aegypti menjadi lebih pendek dan perkembangbiakan nyamuk lebih cepat. “Gaya hidup manusia modern saat ini banyak menciptakan habitat bagi nyamuk Aedes. Hasil riset kami di delapan lokasi menunjukkan angka bebas jentik 17,8-88,5 persen. Artinya, peluang terjadinya transmisi penyakit masih besar. Angka bebas jentik harus di atas 95 persen,” katanya.

Riset yang dilakukan pada 2014-2015 di Kota Bogor menunjukkan bahwa Aedes aegypti di 35 kelurahan (35 galur) telah resisten terhadap tiga golongan insektisida yang umum digunakan. Galur nyamuk yang resisten terhadap malathion (golongan organofosfat) 74 persen. Galur nyamuk yang resisten terhadap bendiocarb (golongan organokarbamat) 63 persen.

Sedangkan galur nyamuk yang resisten terhadap deltametrin (golongan piretroid sintetik) 86 persen. Sebanyak 80 persen galur berstatus resisten ganda (terhadap lebih dari satu golongan insektisida).

Karena itu, pihaknya meminta Dinas Kesehatan Kota Bogor berhati-hati dalam menentukan insektisida yang akan digunakan untuk pengendalian vektor di daerah-daerah yang sudah toleran dan resisten.

"Tersedianya peta resistensi di suatu daerah dapat membantu dinas terkait dalam melakukan pengendalian vektor demam berdarah di lapangan,” tuturnya.

BISNIS.COM


Berita terkait

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

1 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

1 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

2 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

3 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

6 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

7 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

8 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

8 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

8 hari lalu

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

22 April ditetapkan sebagai Hari Demam Berdarah Nasional oleh Kemenkes, meningkatkan kesadaran wargauntuk dapat mencegah penyakit DBD.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

9 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya