Daging Merah Tingkatkan Risiko Gagal Ginjal  

Reporter

Editor

Indah Pratiwi

Rabu, 20 Juli 2016 08:47 WIB

Ilustrasi ginjal

TEMPO.CO, Singapura - Makan daging merah dapat meningkatkan risiko gagal ginjal. Namun menukarnya dengan protein lain dalam menu harian dapat mengurangi risiko itu. Demikian hasil penelitian teranyar Duke-NUS Graduate Medical School Singapura.

Konsumsi daging merah, terutama babi, sangat terkait dengan peningkatan risiko penyakit ginjal stadium akhir, yang berakibat berhentinya fungsi ginjal normal. Hubungan daging merah dan ginjal digambarkan “bergantung pada dosis”, di mana makin tinggi frekuensi dan kuantitasnya, risikonya akan semakin besar.

"Temuan kami menyarankan agar pasien dengan penyakit ginjal kronis atau yang mengkhawatirkan kesehatan ginjalnya untuk mempertimbangkan beralih ke sumber protein berbasis tanaman," kata Woon-Puay Koh, profesor di Office of Clinical Sciences di Duke-NUS Graduate Medical School di Singapura. Namun, jika mereka masih memilih untuk makan daging, mengkonsumsi ikan, kerang, dan daging unggas merupakan alternatif yang lebih baik.

Baca juga: Wanita Suka Memberikan Nama buat Alat Vital Kekasihnya

Studi ini juga menemukan data baru terkait reaksi tubuh terhadap asupan protein, terutama daging merah. "Ini menambah informasi yang berguna dan menjadi salah satu pedoman dalam sains," kata Allon Friedman, profesor kedokteran di Indiana University School of Medicine di Indianapolis, Amerika Serikat, kemarin. Ia menyatakan, jika masih ingin mengkonsumsi daging merah, lakukan secara bijak dan dalam dosis sedang.

William Mitch, profesor nefrologi di Baylor College of Medicine di Houston, mengatakan banyak penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa diet rendah protein menguntungkan orang-orang yang memiliki problem dengan ginjalnya. "Namun, dalam populasi umum, tidak ada bukti meyakinkan bahwa makan banyak protein menyebabkan kerusakan ginjal," katanya.

Di Indonesia, jumlah pasien yang saat ini menderita ginjal kronis stadium V sebanyak 96 ribu orang. Adapun di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 20 juta orang, menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. Antara tahun 2000-2008, jumlah kasus baru di antara orang-orang yang berusia 65 ke atas naik lebih dari dua kali lipat. Data terbaru dari pemerintah federal menyebut jumlah pasien yang memerlukan dialisis ginjal atau cuci darah terus meningkat.

Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Dr Dharmeizer dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu mengungkapkan, jumlah penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia terus meningkat. Penyebabnya komplikasi dari hipertensi dan diabetes. "Dua penyebab terbesar di Indonesia, 31 persen kurang-lebih karena hipertensi dan 26 persen diabetes melitus," ungkap Dharmeizer dalam diskusi “Keamanan Pangan Produk Minuman”, di Jakarta, Jumat, 30 Januari 2015.

Gaya hidup masyarakat yang sering mengkonsumsi makanan siap saji ditengarai menjadi penyebab hipertensi yang berujung penyakit ginjal kronis. Hal itu disebabkan oleh makanan siap saji yang mengandung kadar garam cukup tinggi.

INDAH P | AP


Berita terkait

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

28 hari lalu

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Baca Selengkapnya

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.

Baca Selengkapnya

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.

Baca Selengkapnya

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan

Baca Selengkapnya

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.

Baca Selengkapnya

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.

Baca Selengkapnya

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.

Baca Selengkapnya

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?

Baca Selengkapnya

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.

Baca Selengkapnya