Begini Batik Keraton Berevolusi

Reporter

Senin, 17 Oktober 2016 23:02 WIB

Aneka motif batik dari motif kuno hingga kekinian yang ditampilkan dalam pameran Jogja International Batik Biennale 2016 di Jogja Expo Center sejak 12-16 Oktober 2016. Tempo/Pito Agustin

TEMPO.CO, Yogyakarta - Menurut desainer sekaligus perajin batik Yogyakarta, Afif Syakur, "Asal-muasal budaya batik belum jelas," kata dia ditemui di pameran Jogja International Batik Biennale 2016 di Jogja Expo Center, Bantul, Kamis pekan lalu, Afif menerangkan hanya sebuah dokumen tentang batik yang diistilahkan dengan serat batik ditemukan di keraton. Dari dokumen tersebut, diperkirakan batik berkembang dari dalam keraton. Di masa lalu, tak hanya harus pandai menari, anak-anak raja juga harus bisa membatik.

Pada awalnya, pengguna batik terbatas pada keluarga keraton. Lama-kelamaan, orang-orang kaya di luar keraton yang didominasi kaum pedagang pun ingin mengenakan batik. Dengan begitu, motif batik berkembang di luar tembok keraton, yang dikenal dengan istilah batik sudagaran. Meski motifnya terus berkembang, ada sejumlah motif yang hanya boleh dikenakan oleh raja dan keluarganya yang diistilahkan dengan batik larangan.

Misalnya, batik motif kawung yang berwujud empat elips berimpitan pada salah satu ujungnya dan membentuk bunga. Filosofi motif ini adalah harapan agar manusia ingat asal-usulnya. Motif huk yang merupakan embrio burung bouraq melambangkan rahasia Tuhan. Tidak seorang pun mengetahui rahasia Tuhan kecuali wakilnya di dunia, yaitu raja dan putra mahkota.

Motif parang mengandung harapan agar pemakainya tak mudah putus asa. Hal itu ditandai dengan citraan miring yang saling menyambung dan tidak putus. Semakin besar motif parangnya semakin tinggi jabatan kebangsawanannya. Sedangkan motif semen terdiri atas beberapa motif yang menggambarkan kesempurnaan hidup. Biasanya dikenakan oleh raja dan anak-anaknya.

Aturan penggunaan batik larangan menjadi sangat longgar ketika Hamengku Buwono IX bertakhta. Para tamu dari luar keraton yang hadir dalam hajatan keraton tak dipersoalkan jika mengenakan motif larangan.

“Aturan itu hanya berlaku untuk keluarga keraton dan panitia. Untuk tamu luar tidak diperhatikan,” kata Mari.

Seiring dengan kelahiran batik sudagaran, motif batik di keraton pun berevolusi. Dalam satu kain tak hanya digambarkan satu motif, melainkan diselingi dengan motif lain tanpa menghilangkan filosofi dan peruntukannya. Contohnya ialah motif kawung diselingi ceplok keong.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

3 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

11 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

14 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

26 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

30 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

50 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

56 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

57 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.

Baca Selengkapnya