Operasi Modern dalam Penyembuhan Katarak
Jumat, 30 Desember 2016 00:06 WIB
INFO GAYA - Dari 300 juta penduduk Indonesia, 4,5 juta jiwa atau 1,5 persen mengalami kebutaan, dan 2,3 juta jiwa atau 52 persen di antaranya diakibatkan katarak. Penyebab dan faktor risiko terjadinya katarak umumnya berhubungan dengan pertambahan usia, paparan ultraviolet, riwayat penyakit diabetes mellitus (DM), penggunaan obat-obat steroid, riwayat kecelakaan pada mata, ataupun riwayat operasi mata sebelumnya.
“Jadi mudah dipahami jika angka kebutaan akibat katarak di Indonesia, yang secara geografis terletak di garis khatulistiwa, sangat tinggi. Itu karena paparan ultraviolet yang melimpah. Angka tersebut ditambah dengan peningkatan jumlah kasus DM akibat pola makan dan aktivitas masyarakat yang kurang baik serta penggunaan obat-obatan steroid secara bebas untuk berbagai penyakit lain,” kata dr Amir Shidik, SpM(K), dokter spesialis mata konsultan katarak, kornea, dan bedah refraktif Rumah Sakit Premier Jatinegara.
Amir mengungkapkan, untuk mengurangi risiko terjadinya katarak adalah dengan pola hidup sehat, menggunakan kacamata anti-radiasi ultraviolet saat beraktivitas di luar ruangan, serta lebih selektif dalam mengonsumsi obat. Namun, kata dr Amir, jika sudah mengalami katarak, jalan satu-satunya yang harus dilakukan untuk menghindari kebutaan adalah operasi.
Beberapa teknik operasi katarak yang dikenal masyarakat saat ini adalah cara manual dengan jahitan serta phacoemulsifikasi yang tidak memerlukan jahitan. Operasi katarak modern phacoemulsifikasi dikenal dengan istilah operasi katarak dengan laser. Proses operasi dengan cara ini dilakukan dengan menghancurkan lensa katarak melalui getaran ultrasonik dan lensa diaspirasi dari dalam bola mata. Kemudian, lensa katarak yang sudah dibersihkan diganti dengan lensa jernih buatan yang didesain dengan sangat baik, serta dapat digunakan seumur hidup.
Dari berbabagai literatur di bidang mata, operasi phacoemulsifikasi memberikan pemulihan penglihatan (visual recovery) yang cepat, penglihatan tajam pasca-operasi yang predictable, serta bekas luka operasi yang nyaris tidak tampak. Untuk dapat memberikan hasil yang memuaskan, operasi katarak phaco memerlukan persiapan yang baik. Selain pemeriksaan laboratorium sederhana, diperlukan pemeriksaan biometry untuk menentukan ukuran lensa tanam yang digunakan. Pemeriksaan biometry yang akurat memberikan prediksi kekuatan refraksi pasca-operasi yang baik.
Pada operasi phaco standar, secara umum, dokter mata dan pasien membuat keputusan memperbaiki tajam penglihatan jauh untuk aktivitas dekat, seperti membaca koran, mengaji, dan menyulam. Pasien dapat menggunakan kacamata dekat saja. “Namun pada beberapa pasien dengan kebutuhan penglihatan dekat yang tinggi, kita dapat memfokuskan penglihatan dekatnya dengan sedikit mengorbankan penglihatan jauh,” ujar dr Amir.
Bila pasien tidak ingin menggunakan kacamata untuk aktivitas sehari-hari, penggunaan lensa multifokal bisa menjadi pilihan. Penggunaan lensa multifokal tersebut akan memfokuskan benda pada jarak jauh dan dekat dalam waktu yang bersamaan tanpa menggunakan kacamata. “Untuk mendapatkan manfaat penggunaan lensa-lensa kelas premium tersebut, diperlukan pemeriksaan yang cermat dan teliti sehingga pasien mendapatkan manfaat maksimal dari tindakan yang dijalaninya,” ucap dr Amir. (*)