TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok ilmuwan Korea Selatan menemukan platform baru magnetic resonance imaging (MRI) untuk menemukan sel-sel yang sakit secara selektif. Pusat penelitian milik negara itu mengatakan perkembangan teknologi bisa mengatasi keterbatasan MRI saat ini.
Dalam penelitian itu, tim yang dipimpin oleh Cheon Jin-woo di Pusat Nanomedicine di bawah Institut Sains Dasar (IBS) mengembangkan "lampu MRI nano" yang mengaktifkan sinyal MRI hanya di hadapan target penyakit.
"Penelitian ini dapat mengatasi keterbatasan MRI yang ada sekaligus menjadi gerbang baru dalam teknologi MRI non-invasif dalam mendiagnosis berbagai penyakit," kata Cheon dalam siaran persnya.
Teknologi baru itu terdiri atas dua bahan magnetik. Saat dua bahan diletakkan pada jarak kritis, seperti lebih dari 7 nanometer, sinyal akan muncul. Namun, ketika keduanya ditempatkan lebih dekat dari 7 nanometer, sinyal MRI menjadi off.
Tim ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai Magnetic Resonance Tuning (MRET).
"Seperti menggunakan senter pada hari yang cerah dan efeknya terbatas. Teknologi baru ini sebagai gantinya, seperti menggunakan lampu flash pada malam hari, dan itu lebih berguna," kata Cheon.
Para peneliti mengatakan mereka telah menguji lampu MRI nano untuk mendiagnosis kanker dan mendeteksi keberadaan enzim yang dapat menginduksi tumor. Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Materials.
ANTARA
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
26 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya