TEMPO.CO, Jakarta -Sebagian orang mengonsumsi suplemen sebagai bagian dari gaya hidup. Alasannya bermacam-macam. Mulai dari pola makan yang dirasa kurang teratur, asupan nutrisi yang tidak ideal, hingga kebiasaan yang kurang sehat seperti jarang berolahraga atau bahkan merokok.
"Orang yang kurang gerak, pasti metabolisme tubuhnya juga menurun, berisiko obesitas juga, tentu butuh kecukupan vitamin tertentu, seperti B kompleks," kata Dinda Ariestiany, apoteker sekaligus nutritionist di USANA Indonesia, ditemui usai acara penandatanganan kerjasama USANA dengan beberapa atlet nasional Indonesia, pada pekan lalu.
Begitu pula dengan orang-orang yang, misalnya menghabiskan lebih banyak waktu di depan komputer, tentu akan membutuhkan suplemen yang menunjang kesehatan mata," imbuhnya.
Akan tetapi, walau merasa sangat membutuhkan asupan nutrisi tambahan, bukan berarti suplemen boleh dikonsumsi secara berlebihan. Hal ini terkait dengan kecepatan suplemen terserap oleh tubuh. Dan ini berbeda-beda pada setiap produk suplemen yang ada di pasaran. Misalnya, ada suplemen yang mencantumkan formula 1000 mg, tapi apakah benar jumlah tersebut akan terserap semua oleh tubuh?
"Jadi mengonsumsi suplemen sebaiknya mengikuti sesuai dosis yang tertera dalam kemasan. Seperti produk USANA yang di Indonesia ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan AKG (orang Indonesia)," terang Dinda.
"Jadi jangan sampai mengonsumsinya suka-suka sendiri, over, kalau tidak terpakai tubuh, terbuang, kan sayang," sambungnya.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
7 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.