TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang Anda bayangkan dengan toko emas? Betul, biasanya toko perhiasan identik dengan tampilan interior glamor, berkilauan, dan klasik. Namun, hal itu tidak akan Anda temukan di toko emas Basa yang terletak di Blok M Plaza, Jakarta Selatan ini.
Toko emas yang satu ini hadir dengan desain yang disebut interior industrial. Hasilnya, tampilan toko terasa akrab dengan dunia anak muda. Sepintas bila ditengok dari luar, bagian fasad toko tersebut layaknya sebuah kafe atau barbershop kekinian. Hal itu karena bagian fasad toko didesain dengan menggunakan kaca-kaca tembus pandang dengan bingkai besi bercat hitam.
Penggunaan material besi dan bentuk-bentuk kotak mendominasi interior toko milik Andi Aulia tersebut. Masih di bagian fasad, terdapat dua kotak etalase yang dibuat menempel di kaca dan menjorok ke luar. Bosan melihat desain interior toko perhiasan yang itu-itu saja, membuat Andi berinisiatif menghadirkan gaya interior berbeda pada tokonya.
Baca: Ini Lima Kantor Terkeren di Asia, yang Mana Idaman Anda?
Menyasar target para pembeli di kalangan usia 20 hingga 40 tahun, Andi pun memilih interior gaya industrial karena dianggap dekat dengan generasi masa kini. November lalu, dia membongkar habis bagian dalam toko berukuran 208 m2. Sebelumnya lapak tersebut digunakan untuk toko pakaian dengan desain interior konvensional.
Andi perlu waktu satu bulan untuk menyulap bagian dalam toko tersebut. "Kalau toko perhiasan interiornya klasik, dilihat dari luar sudah segan buat masuk," ujarnya, Jumat, 21 April 2017.
Masuk ke bagian dalam toko, tampak lantai bermotif chevron dengan desain menyerupai huruf v serta kombinasi warna gelap dan cerah. Dirancang dengan material vinyl, lantai tersebut menjadi bagian cukup menarik karena tampilannya yang futuristik.
Desainer Interior Dimas Suryono mengatakan, material pelapis lantai vinyl dipilih karena lebih mudah instalasinya.Selain itu, vinyl lebih murah ketimbang pelapis lantai jenis lainnya.
Bagi Dimas, lantai merupakan elemen penting dalam interior karena biasa menjadi pusat perhatian orang ketika baru masuk ke dalam ruangan. "Kami sengaja desain seperti itu karena pas masuk pandangan mengarah ke bawah," tuturnya.
Di dalam ruangan, keberadaan lemari etalase bermaterial besi cukup menyita perhatian. Selain ukurannya relatif besar, lemari tersebut didesain dengan tampilan besi tua. Material tersebut sesungguhnya baru, tetapi dibuat gores-goresan sehingga terlihat berkarat. Di tepian lemari itu juga dipasang baut-baut kecil demi memunculkan kesan pabrik.
Kemudian, untuk lemari etalase lainnya digunakan perabotan berbahan kayu high pressure laminate untuk memunculkan kesan kayu unfinished. Dimas beralasan, kayu jenis itu harganya lebih murah dan tampilannya tidak kalah dengan kayu solid. "Kalau kayu solid kelemahannya ketika ada gores kelihatan sekali," ujarnya.
Kesan industrial semakin tegas di bagian langit-langit toko. Langit-langit tersebut dibuat terbuka untuk memperlihatkan bagian pipa-pipa listrik maupun sirkulasi anginnya. Seluruh pipa dan langit-langit dicat hitam. Namun ada satu pipa dicat merah sebagai aksen pada gaya industrial. "Kalau langit-langitnya tidak dibuka akan mempersempit ruangan," ujarnya.
Agar semakin memperkuat kesan industrial, tak lupa Dimas menghadirkan kursi-kursi bergaya serupa. Pertimbangan lainnya, bentuk kursi yang sederhana juga tidak memakan banyak ruang.
Soal penempatan dua etalase di fasad toko, Dimas melakukan hal itu untuk memberikan kesan wow atau sebagai focal point. Dia tidak memotong kaca di bagian fasad, tetapi mengakalinya dengan menempelkan dua kotak berbeda di bagian depan dan dalam sehingga sekilas tampak menyatu.
Tak lupa untuk dekorasi ruangan, lampu-lampu pijar dan LED berbentuk bulat dipasang di beberapa bagian sudut ruang. Cahayanya tidak terlalu terang namun mampu menghangatkan suasana ruangan. "Lampu utama untuk menerangi ruangan tetap ada," tuturnya.