TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Bidang Humas, Riset, dan Informasi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Indra Laksana mengakui, saat ini, minat masyarakat membeli buku sudah menurun. "Penyebabnya adalah interaksi yang kuat antara masyarakat dengan internet," katanya, Selasa, 25 April 2017.
"IKAPI melihat minat baca meningkat, tapi interaksinya sudah multimedia, bukan hanya buku. Ada peningkatan minat baca, tapi berbasis daring (dalam jaringan/online)," kata Indra.
Ia mengatakan materi-materi pada buku saat ini lebih mudah ditemukan di internet. Dengan kata kunci di mesin pencari, informasi yang diperlukan sudah terpampang di layar komputer atau perangkat genggam tanpa perlu buku dan membolak-balikkan halamannya.
Karena itu, bila dilihat dari sisi penerbit konvensional, Indra mengatakan volume penerbitan dan jumlah toko buku mengalami penurunan. "Bahkan toko buku modern saat ini sudah berubah menjadi toko gaya hidup, bukan sekadar toko buku. Buku hanya mengisi 40 persen ruangan, sementara 60 persen diisi produk-produk lain," ujarnya.
Meskipun secara umum penjualan buku mengalami penurunan, penerbit masih terbantu dengan pembelanjaan pemerintah yang dialokasikan melalui anggaran pendidikan.
Peningkatan anggaran pendidikan sebagian digunakan untuk membeli buku, baik buku pelajaran, pendamping, maupun untuk koleksi perpustakaan. Ada alokasi pembelian buku kepada penerbit dari anggaran pendidikan.
Meskipun menyebut ada kontribusi dari peningkatan anggaran pendidikan terhadap penjualan buku, Indra tidak bisa menyebutkan angka yang pasti.
"Tidak bisa diperkirakan karena angkanya tidak definitif. Harus dilihat setiap pencairan anggaran," ucapnya.