Asap Rokok Sekunder dan Tersier, Mana Lebih Berbahaya?

Reporter

Editor

Kamis, 14 September 2017 21:30 WIB

Seorang peserta membuat bulatan dari asap rokok elektrik yang dikeluarkannya dari dalam mulutnya di Henley Vaporium di Lower Manhattan, New York, 26 Juli 2014. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir semua risiko penyakit perokok aktif bisa muncul pada perokok pasif. Begitu kata Dokter spesialis paru dewasa dari Rumah Sakit Persahabatan Agus Dwi Susanto dalam diskusi ruang publik di Jakarta Pusat, Kamis, 14 September 2017.

Disebutkan bahwa perokok pasif memiliki risiko penyakit yang hampir sama dengan perokok aktif. Risiko penyakit itu mulai dari jenis ringan seperti infeksi saluran pernapasan, asma, hingga kanker.

Agus mengatakan, yang membahayakan tubuh bukanlah rokok, melainkan asap rokok yang terhirup. Penelitian Rumah Sakit Persahabatan terhadap anak-anak Cijantung, Jakarta Timur yang anggota keluarganya merokok di rumah, menunjukkan bahwa nikotin dalam urin sang anak lima kali lebih tinggi ketimbang anak-anak hidup dengan bukan perokok aktif. Penelitian tersebut dilakukan pada 2014. Baca:Bantuan pada 7-10 Menit Pertama, Otak pun Bakal Aman

Adapun dua jenis asap rokok, yakni asap rokok sekunder dan asap rokok tersier. Asap rokok sekunder berasal dari asap perokok yang dihembuskan sekaligus yang keluar di lingkungan sekitar. Mereka yang menghirup asap rokok ini dinamakan perokok pasif.

Sementara asap rokok tersier adalah residu atau sisa-sisa yang tertinggal di lingkungan sekitar dan menempel di perabot rumah tangga, baju, sofa, debu, bahkan kulit. Artinya, asap rokok tersier merupakan asap rokok dari perokok aktif yang menempel di sekitar kita. Asap rokok tersier, jelas Agus, mengandung nikotin atau zat berbahaya lainnya bila terhirup.

"Ini adalah bahan sisa karena asap itu yang hilang oleh ventilasi tapi partikelnya masih nempel," jelasnya.

Namun, bahayanya adalah zat-zat sisa ini tak bisa hilang dalam kurun waktu tahun. Terlebih lagi asap rokok tersier memiliki dampak yang sama, yaitu mengganggu fungsi saluran pernapasan dalam jangka panjang.

Menurut Agus, secara teori terdapat rambut-rambut bersih dalam saluran pernapasan manusia. Bila terus-menerus dipenuhi zat berbahaya dapat mengurangi fungsi pernapasan dan mengganggu sistem kekebalan yang berdampak pada infeksi. Baca:Serangan Jantung pada Pria Lebih spesifik, Begini Gejalanya

Meski begitu, Agus mengungkapkan, masyarakat tak perlu khawatir bila asap rokok sekunder atau tersier hanya terhirup sesekali. Sebab, zat berbahaya dalam tubuh akan keluar antara dua hingga tiga hari setelah terhirup.

"Tapi kalau asap rokok terus-menerus (terhirup) enggak akan bisa pernah bersih. Dia (zat berbahaya) lama-lama numpuk," terang Agus.

LANI DIANA

Berita terkait

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

2 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

6 hari lalu

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

Operator kereta di Jerman Deutsche Bahn (DB) mengumumkan melarang merokok ganja di area-area stasiun per 1 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

8 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

21 hari lalu

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

Tersinggung tak boleh utang rokok, pelaku membakar warung dengan melempar botol bensin dan tisu yang telah dibakar.

Baca Selengkapnya

Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

25 hari lalu

Pria di Medan Bunuh Ibu Kandung Gara-gara Kesal Diomeli karena Minta Uang Rokok

Wem Pratama, 33 tahun, warga Jalan Tuba 3, Kota Medan, membunuh ibu kandungnya, Megawati, 55 tahun dengan memukul dan menggorok leher.

Baca Selengkapnya

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

36 hari lalu

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

Hasil pemeriksaan medis yang baik tak menjamin perokok sehat. Untuk memastikan kesehatan perokok satu-satunya jalan adalah total berhenti merokok.

Baca Selengkapnya

Selandia Baru Larang Rokok Elektrik Sekali Pakai

39 hari lalu

Selandia Baru Larang Rokok Elektrik Sekali Pakai

Selandia Baru akan akan melarang penjualan rokok elektrik sekali pakai untuk menurunkan angka perokok usia muda.

Baca Selengkapnya

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

50 hari lalu

Soal Lobi ke Istana, Bos Perusahaan Rokok Sebut Penyampaian Pendapat sesuai Aturan

Faisal Basri menyatakan perusahaan rokok memiliki lobi-lobi yang kuat di lingkungan Istana dan pembuat undang-undang.

Baca Selengkapnya

Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

50 hari lalu

Produsen Rokok Bantah Lobi-lobi Pemerintah untuk Keluarkan Kebijakan Pro Rokok

Benny mengklaim industri rokok hanya melakukan komunikasi dengan pemerintah melalui jalur-jalur yang legal.

Baca Selengkapnya

COP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama

54 hari lalu

COP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama

Sesi kesepuluh Konferensi Para Pihak (COP10) Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau WHO FCTC menghasilkan sejumlah kesepakatan jangka panjang.

Baca Selengkapnya