TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan terhadap anak merupakan permasalahan yang cukup serius di masyarakat. Menurut data dari WHO, satu dari empat orang dewasa di dunia pernah mengalami kekerasan saat kecil.
Ironisnya banyak pelaku kekerasan anak justru merupakan orang terdekat dari korban, seperti orang tua atau saudaranya sendiri.
Dalam penanganan maupun pencegahan kekerasan pada anak, peran aktif masyarakat sangat diperlukan. Sayangnya, tidak semua orang berkemauan atau memiliki kesadaran untuk itu.
Salah satu faktor penyebab kurangnya peran aktif masyarakat adalah ketidaktahuan mengenai apa yang harus dilakukan ketika menyaksikan kekerasan secara langsung.
Melansir dari laman Dr Phil, Jumat, 23 Juli 2021, setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan jika melihat kekerasan pada anak.
Pertama yakni dengan menghindari konfrontasi fisik. Meski merasa kesal ketika menyaksikan kekerasan pada anak, sebisa mungkin jangan berhadapan langsung dengan pelaku. Langkah yang lebih tepat adalah memberi tahu pihak-pihak yang bertugas menangani situasi seperti petugas keamanan atau yang lainnya.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah menawarkan bantuan kepada pelaku. Tawaran bantuan ini bisa diberikan ketika pelaku tidak dapat mengendalikan situasi. Misalnya, jika orang tua memukul anaknya karena melempar barang dagangan ke lantai, tanyakan apakah kita bisa membantu untuk mengambil barang dagangan tersebut.
Ketika kekerasan terjadi di tempat di mana tidak ada manajemen atau keamanan, maka yang harus dilakukan adalah melapor kepada pihak yang berwenang. Ceritakan deskripsi dari pelaku dan anak yang mengalami kekerasan serta situasinya.
Di Indonesia, pengaduan tindakan kekerasan pada anak dapat dilakukan melalui layanan call center Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 atau melalui WhatsApp di nomor 08111129129 yang dikelola oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga:
Momen Hari Anak Nasional, Saat Soeharto Ditanya Kenapa Presiden Hanya Satu