TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini Ibu Kota Rusia, Moskow dilanda wabah Botulisme yang menyebabkan 121 orang harus menerima perawatan medis. Keracunan makanan ini termasuk jarang terjadi namun bisa berakibat fatal. Oleh karenanya ada beberapa hal yang perlu diketahui terutama tentang sebab, gejala hingga pencegahan Botulisme.
Dilansir dari Xinhua, Sebanyak lebih dari 100orang harus mendapat bantuan medis setelah menunjukkan gejala Botulisme atau keracunan makanan yang serius, dan lebih dari 50 orang dinyatakan dalam kondisi serius, sebagaimana media lokal melaporkan pada Senin, 17 Juni 2024.
“Lima puluh lima orang saat ini berada dalam kondisi serius, 30 di antaranya berada dalam perawatan intensif,” kata Wakil Wali Kota Moskow Anastasia Rakova, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita TASS dikutip dari Xinhua.
Sebelumnya, Rospotrebnadzor atau lembaga pengawas hak-hak konsumen dan kesejahteraan manusia di negara tersebut mengkonfirmasi bahwa kasus-kasus itu berkaitan dengan dua hidangan siap saji yang dikonsumsi para korban selama dua hari terakhir, sebagaimana dilaporkan media lokal. Saat ini, Komite Investigasi Rusia telah telah menetapkan kasus pidana terhadap insiden tersebut.
Apa Itu Botulisme?
Dilansir dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Botulisme pada manusia dapat merujuk pada botulisme bawaan makanan, botulisme pada bayi, botulisme luka, dan botulisme inhalasi atau jenis keracunan lainnya. Botulisme sendiri disebabkan oleh Clostridium botulinum atau bakteri yang menghasilkan racun berbahaya (toksin botulinum) dalam kondisi rendah oksigen.
Menurut WHO, Botulisme bawaan makanan sebenarnya jarang terjadi namun berpotensi fatal jika tidak didiagnosis dengan cepat dan tidak diobati dengan antitoksin. Botulisme bawaan makanan disebabkan oleh konsumsi makanan yang diproses secara tidak benar khususnya pada makanan yang tidak diawetkan dengan baik.
Racun botulinum masuk ke dalam tubuh setelah tertelan melalui makanan yang diproses secara tidak benar di mana bakteri atau spora bertahan hidup, sehingga dapat tumbuh dan menghasilkan racun. Sifat neurotoksik yang dimiliki Racun botulinum dapat mempengaruhi sistem saraf. Oleh karena itu, Botulisme bawaan makanan ditandai dengan kelumpuhan yang menurun dan dapat menyebabkan gagal napas.
Gejala Botulisme
Adapun gejala awalnya meliputi kelelahan, kelemahan, dan vertigo, biasanya diikuti dengan penglihatan kabur, mulut kering, dan kesulitan menelan dan berbicara. Muntah, diare, sembelit, dan pembengkakan perut juga bisa terjadi.
Penyakit ini dapat berkembang menjadi kelumpuhan pada leher dan lengan, setelah itu otot pernapasan dan otot tubuh bagian bawah akan terpengaruh. Botulisme bawaan makanan tidak menimbulkan demam serta tidak ada penurunan kesadaran. Penyakit ini juga tidak menular lewat orang.
Untuk diketahui, gejala tersebut tidak disebabkan oleh bakteri itu sendiri, melainkan oleh racun yang dihasilkan bakteri tersebut. Gejala biasanya muncul dalam waktu 12 hingga 36 jam (dalam rentang minimum dan maksimum 4 jam hingga 8 hari) setelah terpapar.
Insiden botulisme rendah, namun angka kematian tinggi apabila diagnosis cepat dan tepat maupun pemberian antitoksin dini dan perawatan pernapasan intensif tidak diberikan dengan segera. Penyakit ini disebut dapat berakibat fatal pada 5 hingga 10 persen kasus.
Pencegahan Botulisme
Pencegahan botulisme bawaan makanan bisa dilakukan dengan praktik yang baik dalam penyiapan makanan khususnya selama pemanasan atau sterilisasi dan kebersihan.
Selain itu, bisa juga dengan menerapkan pedoman Lima Kunci Makanan yang Lebih Aman dari laman WHO yang dinilai penting dalam mencegah keracunan makanan.
Lima Kunci tersebut adalah:
- Jaga kebersihan,
- Pisahkan mentah dan matang,
- Masak sampai matang,
- Simpan makanan pada suhu yang aman, dan
- Gunakan air dan bahan baku yang aman.
Pilihan Editor: Puluhan Orang di Cianjur Keracubab Makanan, Apa Saja Pertolongan Pertama Keracunan Makanan?