Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

3 Dampak Negatif Doom Spending

image-gnews
Ilustrasi belanja. Shutterstock
Ilustrasi belanja. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Generasi Z dan generasi milenial di sejumlah negara ditengarai sedang digerogoti "virus" doom spending, sebuah gaya hidup yang bisa mengeruk kondisi keuangan seseorang. Gaya hidup tersebut disinyalir telah menjadi pemicu sejumlah masalah ekonomi, termasuk meningkatnya tingkat kemiskinan.

Menurut firma kepailitan Allan Marshall & Associates Inc, doom spending adalah perilaku di mana seseorang mengeluarkan uang secara berlebihan atau impulsif, terutama saat merasa stres atau cemas. Ketika seseorang menghadapi kesulitan ekonomi, masalah pribadi, atau ketidakpastian masa depan, doom spending sering kali menjadi pelarian sementara. Alih-alih membantu, perilaku ini justru menambah beban keuangan dan mengancam stabilitas ekonomi seseorang.

Lantas apa saja dampak negatif dari doom spending?

Bagi Gen Z dan milenial, doom spending sangat berbahaya karena kondisi ekonomi yang semakin melejit. Belum lagi pola pikir mereka yang lebih mengutamakan dokumentasi kehidupan di media sosial ketimbang fokus dalam menabung. Ada beberapa dampak negatif dari perilaku ini, di antaranya:

1. Penumpukan utang

Pengeluaran impulsif sering kali berujung pada peningkatan utang. Bagi mereka yang tidak dapat mengontrol pengeluaran, suku bunga yang tinggi semakin memperparah kondisi finansial. Siklus "gali lubang, tutup lubang" menjadi tidak terhindarkan, dan akhirnya, utang yang terus bertambah bisa berujung pada kebangkrutan.

2. Merusak tujuan keuangan

Pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting dapat menghambat pencapaian tujuan keuangan jangka panjang. Bagi Gen Z dan milenial, impian membeli rumah, menabung untuk masa pensiun, atau bahkan memiliki dana darurat bisa tertunda atau gagal tercapai karena uang habis digunakan untuk belanja yang tidak produktif.

3. Menambah beban emosional 

Meski belanja memberikan kepuasan sementara, efek jangka panjangnya justru dapat menimbulkan masalah kesehatan mental. Kecemasan tentang kondisi keuangan yang tidak stabil akan terus menghantui dan membuat seseorang merasa terjebak dalam lingkaran masalah yang tak berujung.

Sementara itu, fenomena doom spending dapat dijelaskan oleh beberapa faktor psikologis. Salah satunya adalah pencarian kepuasan instan. Otak manusia cenderung mencari kesenangan untuk menghindari rasa sakit atau tekanan emosional.

Ketika seseorang berbelanja, hormon dopamin yang bertanggung jawab atas perasaan senang diproduksi, memberikan pelarian sementara dari stres. Akibatnya, banyak orang tergoda untuk terus menghabiskan uang demi mendapatkan rasa senang ini, meski hanya bersifat sementara.

Selain itu, media sosial turut berperan besar dalam mendorong doom spending. Platform-platform tersebut sering kali menampilkan kehidupan mewah dan kesuksesan orang lain, yang memicu perasaan perbandingan sosial. Tekanan untuk "tampil baik" di mata orang lain bisa membuat seseorang mengeluarkan uang di luar batas kemampuannya, demi memenuhi harapan yang tidak realistis.

KARUNIA PUTRI | MELYNDA DWI PUSPITA

Pilihan Editor: Banyak Gen Z Keranjingan Botox, Dermatolog Sebut Kesalahan Besar

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Masinton Pasaribu akan Memberdayakan Anak Muda di Tapanuli Tengah

14 jam lalu

Calon Bupati Tapanuli Tengah, Masiton Pasaribu. Dok. Tempo
Masinton Pasaribu akan Memberdayakan Anak Muda di Tapanuli Tengah

Calon Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, menekankan pentingnya pemberdayaan anak muda dalam upaya membangun ekonomi daerah.


Terancam Pailit karena Utang Rp 8,79 Triliun, Ini Kinerja Keuangan Perusahaan Media Milik Keluarga Bakrie

15 jam lalu

Logo Viva Group (PT Visi Media Asia.Tbk). Wikipedia
Terancam Pailit karena Utang Rp 8,79 Triliun, Ini Kinerja Keuangan Perusahaan Media Milik Keluarga Bakrie

Empat perusahaan media keluarga Aburizal Bakrie memiliki utang pada 12 kreditur luar negeri sebesar Rp 8,79 triliun.


Teten Masduki: Kami Tidak Ingin UMKM Hanya Diperlakukan sebagai Bantalan Ekonomi

21 jam lalu

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki saat ditemui di kantornya di gedung KemenKopUKM, Jakarta Selatan pada Senin, 7 Oktober 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Teten Masduki: Kami Tidak Ingin UMKM Hanya Diperlakukan sebagai Bantalan Ekonomi

Teten Masduki menginginkan agar UMKM menjadi bagian dari penghiliran atau hilirisasi.


Hashim Djojohadikusumo Sebut Prabowo Tidak Akan Mendadak Naikkan Utang Negara

1 hari lalu

Hashim Djojohadikusumo. Dok. Arsari Group
Hashim Djojohadikusumo Sebut Prabowo Tidak Akan Mendadak Naikkan Utang Negara

Hashim Djojohadikusumo menyatakan pemerintah akan menaikkan rasio utang secara perlahan 1 sampai 2 persen per-tahun.


Suswono Debat Pilkada Jakarta: Modal untuk Generasi Z hingga Menanam Pohon

1 hari lalu

Pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri) dan Suswono (kanan) mengikuti debat pertama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu, 6 Oktober 2024. Debat perdana tersebut mengangkat tema penguatan SDM dan transformasi Jakarta menjadi Kota Global. ANTARA/Aprillio Akbar
Suswono Debat Pilkada Jakarta: Modal untuk Generasi Z hingga Menanam Pohon

Dalam deba perdana Pilkada Jakarta, Suswono, mengatakan, ia bersama, Ridwan Kamil, akan memberikan akses modal untuk generasi Z berwirausaha


Kemendag soal Utang Rafaksi Minyak Goreng: Sudah Dibayar 90 Persen

1 hari lalu

Pedagang pasar tengah melayani pembeli minyak goreng merek Minyakita di pasar Palmeriam, Jakarta, Senin, 8 Juli 2024. Sebelumnya HET minyak goreng merek pemerintah itu dijual Rp 14.000/liter. TEMPO/Tony Hartawan
Kemendag soal Utang Rafaksi Minyak Goreng: Sudah Dibayar 90 Persen

Kemendag sebut dari 54 pelaku usaha yang diutangi pemerintah, tersisa tujuh perusahaan yang belum mereka tuntaskan proses pelunasannya.


Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa Menyusut Tipis

1 hari lalu

Ilustrasi mata uang asing. (Euro, dolar Hong Kong, dolar A.S., Yen Jepang, Pounsterling Inggris, dan Yuan Cina).  REUTERS/Jason Lee
Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa Menyusut Tipis

Bank Indonesia (BI) mencatat adanya penurunan cadangan devisa sebesar Rp 0,3 milliar dolar AS.


Indonesia Memperkuat Kemitraan Ekonomi dengan Asia Selatan dan Asia Tengah

1 hari lalu

Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury membuka Indonesia-South and Central Asia atau INASCA Bussiness Forum di Four Seasons, Jakarta Selatan pada Senin, 7 Oktober 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Indonesia Memperkuat Kemitraan Ekonomi dengan Asia Selatan dan Asia Tengah

INASCA Business Forum adalah forum memperkuat kemitraan ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tengah.


7 Karakteristik Gen Z yang Jarang Diketahui, Disebut sebagai Generasi Paling Kesepian

1 hari lalu

Generasi Z. Foto: Canva
7 Karakteristik Gen Z yang Jarang Diketahui, Disebut sebagai Generasi Paling Kesepian

Mengenal karakteristik generasi Z yang disebut andal di sektor teknologi, tetapi juga dianggap rapuh secara mental.


Pelabuhan Patimban Datang, Nelayan Terpuruk

1 hari lalu

Rasja 65 tahun, nelayan di desa Patimban, duduk merajut jaring di lantai teras rumahnya usai pulang melaut yang hasil tangkapannya kurang dari 1  kg. Sumber: Suci Sekar | Tempo.co
Pelabuhan Patimban Datang, Nelayan Terpuruk

Buangan material dari pembangunan Pelabuhan Patimban di perairan sekitar pantai memaksa para nelayan harus melaut lebih jauh.