TEMPO.CO, Jakarta - Mongolia membuka lebar pintau pariwisatanya setelah hancur oleh pandemi Covid-19. Pemerintah telah menambah jumlah penerbangan dari dan menuju negara tersebut serta melongngarkan aturan visa. Mereka juga meluncurkan kampanye wisata baru bertajuk “Welcome to MonGOlia” Agustus lalu. Sampai dengan 2025, negara tersebut menargetkan 1 juta kunjungan wisata per tahun.
Mongolia memiliki banyak tempat menakjubkan, salah satunya adalah Gurun Gobi. Dengan luas mencapai hampir 1,3 juta kilometer persegi, Gobi tidak hanya menjadi gurun terbesar di Asia, tetapi juga kelima terbesar di dunia.
Terbentang di antara Mongolia dan Cina, Gurun Gobi bukan sekadar hamparan pasir, melainkan kombinasi kompleks dari padang kerikil, dataran bebatuan, serta bukit pasir sesekali. Di balik kondisi ekstremnya, gurun ini menyimpan beragam keunikan alam yang memikat, kekayaan sejarah, dan kehidupan liar yang jarang ditemukan di tempat lain.
Keunikan Gurun Gobi
Salah satu keunikan Gurun Gobi adalah lanskapnya yang tidak didominasi oleh pasir. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari batuan sedimen dan padang rumput kering, hanya sekitar 5 persen yang berupa bukit pasir. Ini menjadikannya berbeda dengan gambaran klasik gurun yang umumnya sebagai lautan pasir yang luas.
Keunikan lainnya adalah perubahan suhu ekstrem di Gobi. Saat musim panas, suhu bisa mencapai 45 derajat Celcius, sedangkan di musim dingin, suhunya bisa turun drastis hingga -40 derajat Celcius. Kondisi ini menjadikan Gobi sebagai gurun langka yang bisa terlihat tertutup salju selama musim dingin. Pemandangan bukit pasir berselimut putih menciptakan kontras indah yang jarang ditemukan di gurun lainnya.
Tidak hanya itu, Gobi juga subur di beberapa bagian. Di tengah kondisi kering dan tandus, oasis tersebar di beberapa lokasi, menjadi sumber kehidupan bagi flora dan fauna setempat. Beberapa area gurun ini bahkan dimanfaatkan untuk pertanian sejak 1960-an, terutama untuk menanam buah-buahan seperti semangka, persik, dan apel mini.