Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dampak Post Power Syndrome Terhadap Kehidupan Pensiunan

image-gnews
Ilustrasi wanita lansia. Pexels/Marcus Aurelius
Ilustrasi wanita lansia. Pexels/Marcus Aurelius
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kekuasaan atau wewenang sering kali dianggap sebagai salah satu pencapaian tertinggi dalam kehidupan seseorang, baik dalam konteks pekerjaan maupun peran sosial. Namun, ketika masa kekuasaan berakhir, tidak semua orang dapat menerima transisi ini dengan baik. Bagi sebagian individu, perubahan ini terasa sangat berat karena identitas mereka telah begitu lekat dengan peran yang sebelumnya mereka jalani. Kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya post power syndrome.

Post power syndrome dapat didefinisikan sebagai kondisi psikologis yang terjadi setelah seseorang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang signifikan dalam hidupnya. Istilah ini berasal dari kata "post" yang berarti setelah, dan "power" yang berarti kekuasaan. Gejala ini biasanya bersifat negatif, baik secara fisik maupun mental, yang dialami oleh individu yang sebelumnya terbiasa dengan posisi otoritatif atau memiliki pengaruh besar.

Melansir dari journal.uinsgd.ac.id, post power syndrome sebagai kumpulan gejala psikis yang dialami individu setelah kehilangan kekuasaan. Gejala ini sering muncul pada individu yang memiliki keterikatan mendalam dengan peran kepemimpinan atau kekuasaan yang sebelumnya mereka miliki. Ketika peran tersebut diambil atau berakhir, individu tersebut sering kali kesulitan beradaptasi dengan status baru mereka, yang tidak lagi diiringi dengan pengakuan, penghormatan, dan otoritas.

Post power syndrome dapat menyerang siapa saja yang kehilangan posisi kekuasaan, namun umumnya lebih sering terjadi pada orang yang tidak memiliki rencana atau persiapan yang matang untuk menghadapi masa pensiun atau transisi jabatan. Orang-orang yang terbiasa diakui, dihormati, atau dilayani oleh orang lain cenderung lebih rentan terhadap gejala ini. 

Gejala-Gejala  Post Power Syndrome

Gejala post power syndrome dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama: gejala fisik, gejala emosi, dan gejala perilaku.

1. Gejala Fisik

Orang yang mengalami post power syndrome sering kali menunjukkan tanda-tanda penuaan dini. Mereka terlihat lebih cepat menua setelah kehilangan kekuasaan, yang ditandai dengan rambut yang memutih, kulit yang lebih berkeriput, serta penurunan kesehatan secara umum. Mereka mungkin menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan merasa lelah secara fisik. Kondisi ini muncul sebagai akibat dari stres dan beban psikologis yang dihadapi individu setelah kehilangan jabatan.

2. Gejala Emosi

Secara emosional, individu dengan post power syndrome sering merasa tidak berharga, mudah tersinggung, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka mungkin merasa bahwa hidup mereka tidak lagi bermakna tanpa kekuasaan yang sebelumnya mereka miliki. Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan depresi, kecemasan, dan keputusasaan. Mereka juga sering mengalami rasa malu untuk bertemu orang lain karena merasa status sosialnya menurun, dan mereka tidak lagi memiliki prestise yang sama seperti dulu.

3. Gejala Perilaku

Perilaku seseorang yang mengalami post power syndrome sering kali berubah drastis. Mereka mungkin menunjukkan kemarahan yang tidak terkontrol, baik di rumah maupun di tempat umum. Perilaku kekerasan, baik verbal maupun fisik, juga dapat muncul sebagai manifestasi dari frustrasi yang mereka alami. Selain itu, mereka mungkin menghindari pertemuan sosial atau berusaha bersembunyi dari pandangan publik karena merasa malu atas penurunan status sosial mereka.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Post Power Syndrome

Seperti yang dilansir dari ejournal.undip.ac.id, beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya Post-Power Syndrome antara lain:

1. Kepuasan Kerja dan Pekerjaan

Ketika seseorang menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam satu peran atau jabatan, kepuasan kerja menjadi bagian integral dari identitas mereka. Kehilangan jabatan berarti kehilangan sumber utama kepuasan tersebut, yang dapat memicu gejala post power syndrome. Individu yang sangat bergantung pada peran pekerjaan mereka sebagai sumber kebahagiaan dan rasa berharga lebih rentan terhadap sindrom ini.

2. Usia

Usia menjadi faktor yang penting dalam mengalami gejala  post power syndrome. Orang yang lebih tua cenderung lebih sulit beradaptasi dengan perubahan drastis dalam hidup mereka, terutama ketika mereka kehilangan peran penting yang telah mereka jalani selama bertahun-tahun.

3. Kesehatan

Kesehatan fisik yang menurun seiring bertambahnya usia juga dapat memperburuk gejala post power syndrome. Ketika individu merasa tubuh mereka tidak lagi sekuat dulu, hal ini dapat memperkuat perasaan tidak berdaya dan putus asa.

4. Status Sosial Sebelum Pensiun

Individu yang memiliki status sosial tinggi sebelum pensiun atau kehilangan jabatan cenderung lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan setelah kehilangan posisi tersebut. Mereka mungkin merasa teralienasi dari lingkungan sosial mereka karena tidak lagi memiliki kekuasaan atau pengaruh yang sama.

MYESHA FATINA RACHMAN | UNDIP AC.ID | UIN SGD.AC.ID

Pilihan Editor: Post-Power Syndrome Jokowi Menjelang Pensiun 

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Tips Mengatasi dan Mencegah Sunburn Alias Kulit Terbakar Sinar Matahari

6 jam lalu

Ilustrasi kulit terbakar sinar matahari atau sunburn (Freepik)
5 Tips Mengatasi dan Mencegah Sunburn Alias Kulit Terbakar Sinar Matahari

Sunburn bukan hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga bisa mempercepat penuaan kulit dan meningkatkan risiko kanker kulit.


Suswono Bicara soal Manfaat Kekuasaan: Akan Lebih Baik kalau Dipegang Orang yang Paham

20 hari lalu

Pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri) dan Suswono (kanan) mengikuti debat pertama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu, 6 Oktober 2024. Debat perdana tersebut mengangkat tema penguatan SDM dan transformasi Jakarta menjadi Kota Global. ANTARA/Aprillio Akbar
Suswono Bicara soal Manfaat Kekuasaan: Akan Lebih Baik kalau Dipegang Orang yang Paham

Suswono menyatakan bahwa kekuasaan memiliki manfaat bila diamanahkan kepada orang-orang yang tepat.


Psikolog Ungkap Alasan Orang Suka Mengecek Profil Diri di Media Sosial

29 hari lalu

Ilustrasi wanita stalking media sosial. Freepik.com/Kamran Aydinov
Psikolog Ungkap Alasan Orang Suka Mengecek Profil Diri di Media Sosial

Mengecek profil sendiri di media sosial alasannya sederhana, karena kita ingin belajar lebih banyak soal diri sebagai individu.


Ilmuwan: Lapisan Ozon Kian Tipis, Terutama di Kutub Selatan

41 hari lalu

Ilustrasi lapisan ozon (net)
Ilmuwan: Lapisan Ozon Kian Tipis, Terutama di Kutub Selatan

Jika tidak ada lapisan ozon, manusia akan mengalami dampak negatif seperti penuaan dini pada kulit.


Seri Perawatan Kecantikan: Kiat Mencegah Tanda-tanda Penuaan Kulit Wajah untuk Usia 30-an

13 Juli 2024

Ilustrasi perawatan kecantikan. shutterstock.com
Seri Perawatan Kecantikan: Kiat Mencegah Tanda-tanda Penuaan Kulit Wajah untuk Usia 30-an

Di usia 30-an sudah saatnya memperhatikan perawatan kecantikan kulit lebih serius lagi untuk mencegah tanda-tanda penuaan tadi.


Tips Perawatan Kecantikan Bagi Usia 20-an untuk Mencegah Penuaan Dini

10 Juli 2024

Ilustrasi wajah remaja dengan kulit sehat dan bercahaya. Freepik.com/Studioredcup
Tips Perawatan Kecantikan Bagi Usia 20-an untuk Mencegah Penuaan Dini

Gunakan juga tips perawatan kecantikan dari Dokter Kulit Rajani Katta, MD, FAAD berikut ini untuk kulit yang sehat.


5 Tips Kelola Amarah di Tempat Kerja

1 Juli 2024

Ilustrasi bos marah pada anak buahnya. Freepik
5 Tips Kelola Amarah di Tempat Kerja

Untuk mengelola amarah ada lima hal yang perlu dipahami. Apa saja?


Kerap Marah Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

29 Juni 2024

Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Kerap Marah Bisa Picu Serangan Jantung, Kok Bisa?

Marah yang berlebihan dapat memicu serangan jantung. Berikut beberapa alasan mengapa bisa terjadi.


Mengenali Penyebab dan Gejala Penyakit Parkinson

19 Mei 2024

Legenda sepak bola Jerman Franz Beckenbauer berpose setelah dimasukkan ke dalam Hall of Fame, sebuah pameran permanen untuk menghormati legenda sepak bola Jerman di Museum Sepak Bola Jerman di Dortmund, Jerman, 1 April 2019. Beckenbauer kerap didera penyakit diantaranya parkinson, demensia dan sempat melakukan operasi jantung pada tahun 2016 dan 2017. Ina Fassbender/Pool via REUTERS/File Photo
Mengenali Penyebab dan Gejala Penyakit Parkinson

Parkinson terjadi sejalan dengan proses penuaan sistem saraf di otak ketika zat dopamin mengalami penurunan hingga 30 persen.


Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

2 Mei 2024

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.