Latar panggung malam itu merupakan desain khusus untuk ASOT. Citraan pada layar LED di panggung menampilkan bentuk pesawat luar angkasa yang mendarat di bumi dan menebarkan mantra musik berdentum-dentum. Namun Armin tidak kepalang nafsu dan membombardir para penggila pesta—sebagian besar menggunakan kaus lengan pendek, celana pendek, atau bra bagi para wanita—dengan ritme musik yang melulu mengentak hingga mencapai klimaks.
Kadang ia memendam ritme, diikuti dengan citraan layar yang meredup sebelum lampu dan layar tersebut menyala tiba-tiba. Inilah yang membikin para penonton tergila-gila. Dia piawai membuat crowd-nya tenggelam dalam ritme trance yang rata-rata bertempo 125-160 per menit itu.
“Are you in trance already?” tanya Armin, yang disambut teriakan riuh para penonton. Hingga tengah malam, suasana makin mendidih dengan letupan kembang api. Sebagian besar pria sudah mulai menanggalkan T-shirt mereka yang basah oleh keringat dan juga basah karena semburan air yang disiramkan dari dekat panggung.
Dua jam digempur hingga menjelang pukul 2 pagi, tidak ada tanda-tanda joget mereka mengendur. Sebaliknya, penikmat musik trance ini justru semakin intens berdansa. Sejumlah pasangan juga tidak malu-malu berciuman. Pun berdansa sedikit panas dengan sentuhan kulit ke kulit. Mungkin mereka sudah mabuk sambil menenggak Chivas—sponsor resmi acara itu.
Pesta masih berlanjut dan pantai itu kembali “pecah” saat Paul van Dyk mulai mengentak penonton lewat setlist semacam For An Angel, Let Go, Crush, Eternity, dan Verano. Mantan DJ nomor satu dunia ini masih membuktikan diri layak untuk ditunggu hingga dinihari.
Penonton—membayar Rp 600 ribu untuk tiket reguler dan Rp 1 juta untuk gold (dilengkapi dengan platform penonton khusus)—pun belum kehabisan stamina saat John O Callaghan—DJ Irlandia dan peringkat ke-55 dalam daftar DJ Mag—mulai menggoyang pantai itu menjelang pagi hari. Nomor Save This Moment menjadi penutup yang manis acara yang berakhir pukul 04.00 itu.
Delapan jam digoyang, tentu ada banyak penggila pesta yang merosot lemas kelelahan di pojok-pojok pantai. Pun banyak yang tidak sanggup lagi berdiri saking mabuknya. Mantra para DJ mungkin berakhir saat musik berhenti. Namun kekuatan magisnya masih membekas di benak mereka. Sampai kapan? Mungkin sampai pesta berikutnya hingga mereka “kesurupan” lagi. (Baca juga: Rave Party Jakarta: Go Hard or Go Home!)
SUBKHAN