Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

Reporter

image-gnews
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa, 5 April 2022. Ditreskrimum Polda Metro Jaya menyelenggarakan vaksinasi booster jenis Pfizer dan Astrazeneca sebanyak 1.000 dosis. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis ketiga (booster) di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa, 5 April 2022. Ditreskrimum Polda Metro Jaya menyelenggarakan vaksinasi booster jenis Pfizer dan Astrazeneca sebanyak 1.000 dosis. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam alergi-imunologi klinik Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD mengatakan adanya kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia (TTS) akibat vaksinasi perlu dikaji lebih dalam.

“Di Indonesia kejadian saya enggak pernah dengar, itu belum diteliti. Mungkin yang TTS itu trombositnya turun. Belum ada juga penelitian soal hubungan TTS, vaksinasi pada genetika, atau ras tertentu,” kata lulusan Universitas Indonesia itu di Jakarta, Rabu, 8 Mei 2024.

Menanggapi ketakutan masyarakat terhadap jenis vaksin yang menyebabkan efek samping tertentu, Iris menuturkan kejadian ikutan pascavaksinasi (KIPI) memang dapat terjadi pada sejumlah orang, tergantung kondisi kesehatannya. Meski demikian, kasusnya terbilang cukup jarang terjadi, apalagi untuk kasus berat seperti TTS di Inggris. TTS merupakan penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah rendah.

Iris mengatakan hingga hari ini baik pemerintah maupun para dokter juga masih menunggu laporan atas kasus tersebut serta melakukan pengawasan demi mencegah kasus serupa terjadi di Tanah Air. Adanya penyakit akibat KIPI pun baru dapat terlihat dalam jarak satu bulan usai vaksinasi. Jika penerima mengaku mengalami KIPI lewat dari batas waktu tersebut, Iris mengatakan ada kemungkinan itu disebabkan penyakit lain.

Kalau memang masyarakat masih khawatir efek samping vaksin AstraZeneca usai kejadian tersebut, Iris menyarankan agar vaksinasi tetap dijalankan namun dengan menggunakan jenis lain seperti yang dibuat Biofarma, termasuk bila merasakan gejala-gejala KIPI untuk segera diperiksakan ke ahli seperti dokter autoimun dan penyakit dalam lainnya.

“Saya pribadi, kalau takut bisa pakai jenis lain tapi dalam arti tetap divaksin. Jadi yang dihindari adenovirus, termasuk Johnson and Johnson itu semua nonreplicating viral vector, itu kan masih baru,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP PERALMUNI) itu.

Tak ada kejadian TTS
Sebelumnya pada 1 Mei 2024, Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI), Prof. Hinky Hindra Irawan Satari, mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia berdasarkan surveilans aktif dan pasif yang sampai saat ini masih dilakukan Komnas KIPI. Menurutnya, keamanan distribusi vaksin terjamin karena sudah melalui berbagai tahapan uji klinis, termasuk vaksin COVID-19, yang melibatkan jutaan orang sampai dikeluarkannya izin edar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di samping itu, Komnas KIPI bersama Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) turut menerapkan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan surveilans aktif terhadap berbagai macam gejala atau penyakit yang dicurigai ada kaitan dengan vaksin COVID-19, termasuk TTS. Survei dilakukan di 14 rumah sakit di tujuh provinsi yang memenuhi kriteria selama lebih dari satu tahun. Namun berdasarkan laporan yang masuk tidak ditemukan laporan kasus TTS.

“Selama setahun, bahkan lebih, kami amati dari Maret 2021 sampai Juli 2022. Kami lanjutkan lebih dari setahun karena tidak ada gejalanya, jadi kami lanjutkan beberapa bulan untuk juga memenuhi kebutuhan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk menyatakan ada atau tidak ada keterkaitan. Sampai kami perpanjang juga tidak ada TTS pada AstraZeneca,” paparnya.

Sementara itu, laman Telegraph memberitakan AstraZeneca tengah menghadapi kasus gugatan perwakilan kelompok (class action) yang dilayangkan oleh 51 orang di Inggris terkait tuduhan efek samping vaksin COVID-19 yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford beberapa tahun lalu. Dalam dokumen pengadilan tersebut AstraZeneca mengakui vaksin COVID-19 buatannya menyebabkan efek samping yang cukup langka.

Sementara itu, penggunaan vaksin AstraZeneca yang berplatform nonreplicating viral vector di Indonesia dilaporkan Kemenkes telah disuntikkan sebanyak 70 juta dosis dari total 453 juta dosis yang telah disuntikkan ke masyarakat. Perusahaan farmasi AstraZeneca juga telah menarik vaksin COVID-19 yang diproduksinya menyusul kabar soal temuan kasus tersebut.

Pilihan Editor: Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sudah Pernah Terkena DBD, Bisakah Terinfeksi Lagi?

2 hari lalu

Petugas kesehatan Puskesmas melakukan fogging (pengasapan) dan membasmi sebaran sarang nyamuk Aedes Aegepty, di lingkungan RT.9 RW 8 Kampung Baru I Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 29 Mei 2024. Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) meningkat tajam mencapai 7.142 orang terjangkit dan 15 orang meninggal dunia terdiri anak - anak dan orang tua lanjut usia, selain itu pemerintah mengingatkan kepada masyarakat selalu rajin melakukan langkah antisipasi untuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan upaya 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) di sekitar rumah atau lingkungan tempat tinggal masing - masing. TEMPO/Imam Sukamto
Sudah Pernah Terkena DBD, Bisakah Terinfeksi Lagi?

Sebagian orang yang pernah terinfeksi DBD beranggapan mereka sudah kebal, tidak akan terinfeksi lagi. Bagaimana faktanya?


5 Fakta Vaksin Mpox di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui

7 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
5 Fakta Vaksin Mpox di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui

Vaksin Mpox di Indonesia menjadi bagian penting dari strategi untuk mencegah penyebaran virus cacar monyet di tengah meningkatnya jumlah kasus.


Siapa Saja yang Diprioritaskan Mendapatkan Vaksin Mpox?

7 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Siapa Saja yang Diprioritaskan Mendapatkan Vaksin Mpox?

Sesuai dengan anjuran WHO, vaksin Mpox hanya akan diberikan kepada kelompok yang berisiko tinggi.


Hari Pertama Vaksinasi Polio di Gaza, Capai Lebih dari 72.000 Anak di Tengah Gempuran Israel

8 hari lalu

Seorang bocah Palestina divaksinasi polio di pusat layanan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah, 1 September 2024. REUTERS/Hussam Al-Masri
Hari Pertama Vaksinasi Polio di Gaza, Capai Lebih dari 72.000 Anak di Tengah Gempuran Israel

Urgensi kampanye vaksinasi diperkuat dengan konfirmasi kasus polio pertama di Gaza dalam 25 tahun pada bulan lalu


Pemerintah Pantau Mekanisme Penyebaran Cacar Monyet

11 hari lalu

Ilustrasi virus cacar monyet. Kasus positif pertama di Indonesia dalam wabah cacar monyet yang terbaru di dunia saat ini telah ditemukan pada Sabtu, 20 Agustus 2022. (Pixabay)
Pemerintah Pantau Mekanisme Penyebaran Cacar Monyet

Praktisi kesehatan mengimbau mekanisme penularan cacar monyet atau Mpox perlu terus dipantau pemerintah untuk mencegah penyebaran.


WHO Umumkan Jeda Kemanusiaan Khusus untuk Vaksinasi Polio di Gaza

12 hari lalu

Seorang anak Palestina terlihat sedang diperiksa oleh seorang dokter di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa, di tengah kekhawatiran penyebaran polio setelah kasus pertama dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, saat konflik antara Israel dan Hamas terus berlanjut, di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah, 18 Agustus 2024. REUTERS/Ramadan Abed
WHO Umumkan Jeda Kemanusiaan Khusus untuk Vaksinasi Polio di Gaza

Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan kasus polio pertama yang terkonfirmasi di Jalur Gaza dalam 25 tahun di Kota Deir al-Balah.


Kemenkes Utamakan Vaksinasi Mpox untuk Kelompok Resiko Tinggi, Siapa Saja?

13 hari lalu

Sebaran mikrograf elektron dari partikel-partikel virus mpox (warna hijau laut) dalam sel yang terinfeksi. Sumber: NIAID
Kemenkes Utamakan Vaksinasi Mpox untuk Kelompok Resiko Tinggi, Siapa Saja?

Vaksinasi Mpox atau cacar monyet menyasar beberapa beberapa kelompok sesuai rekomendasi WHO.


Cegah Penyebaran Mpox dengan Penyuluhan ke Masyarakat Luas

14 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Cegah Penyebaran Mpox dengan Penyuluhan ke Masyarakat Luas

Pakar mengatakan penyuluhan kesehatan ke masyarakat luas dapat menjadi salah satu langkah mengendalikan Mpox di Indonesia.


Orang Dewasa pun Perlu Vaksin, Simak Penjelasan Vaksinolog

16 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)
Orang Dewasa pun Perlu Vaksin, Simak Penjelasan Vaksinolog

Pakar menjelaskan sebagian vaksin sudah diberikan di usia anak dan seiring waktu antibodinya menurun sehingga perlu penguat saat memasuki usia dewasa.


Satgas Jelaskan Pentingnya Vaksinasi Cacar Api

16 hari lalu

Ilustrasi cacar api. Shutterstock
Satgas Jelaskan Pentingnya Vaksinasi Cacar Api

Satgas imunisasi dewasa menyebut pentingnya vaksinasi cacar api atau herpes zoster. Siapa saja yang disasar?