Suasana yang hening, hanya ada alunan lagu Korea Utara dari televisi, berubah jadi ribut ketika ada tiga atau empat pelayan yang keluar entah dari mana untuk bergegas menyambut kedatangan seorang pria.
Semua pelayan bertubuh ramping mengenakan gaya busana serupa: kemeja pas badan dengan rok span dan sandal hak tinggi yang berkelotakan ketika mereka naik turun tangga. Yang membedakan hanya warna kemeja, ada yang memakai baju ungu tua, biru, hijau, hitam, kuning dan pink.
Seluruhnya perempuan Korea dengan rambut hitam dikuncir kuda. Rata-rata berparas manis dengan riasan sederhana, eyeliner dan bedak.
Pria yang disambut hangat oleh para pelayan bersikap akrab layaknya tamu langganan yang sudah dinanti.
Bahkan seorang pelayan mengajaknya masuk dengan cara menarik tangan pria itu ke dalam restoran. Yang lain buru-buru membawa teko berisi teh dan buku menu.
Wajah tamu dan para pelayan tersebut tidak jelas karena ada sekat-sekat yang menghalangi pandangan. Tamu itu dibawa ke lantai atas dan tidak terlihat lagi hingga meninggalkan restoran.
Menurut Choe Un Hyang, Pyongyang Restaurant sudah berdiri di Kelapa Gading selama tiga tahun. Restoran ini sebelumnya juga punya cabang di Kebayoran Baru namun sudah ditutup.
Saat disambangi pada Selasa , 21 Februari sore, tidak ada satu pun pengunjung lain kecuali seorang pria yang kemudian disambut hangat oleh para pelayan dan diantar ke lantai atas.
Entah karena biasanya restoran ini sepi, atau karena hari itu kebetulan jalan raya di depan ruko-ruko tempat Pyongyang Restaurant terendam banjir sekitar 50 cm atau setinggi lutut orang dewasa.
Namun Choe Un Hyang mengatakan biasanya restoran ini banyak didatangi pada saat makan siang. Pembelinya bervariasi, seperti orang-orang asing dari Korea, Cina maupun Jepang.
Seorang satpam di bank yang letaknya tak jauh dari Pyongyang Restaurant mengatakan pengunjung restoran itu tidak sebanyak restoran Korea Selatan di dekatnya.
Menurut dia, perbedaan yang jelas terlihat adalah adanya pekerja lokal di restoran Korea Selatan, sementara ia tidak pernah melihat satu pun pekerja dari Indonesia di restoran Korea Utara.
ANTARA
Baca juga:
Belajar dari Kasus Kematian Kim Jong-nam, Ini Kisah Racunnya
Ini Dia Racun-racun Alami Pembunuh Manusia Itu