Pada awalnya, konsep yang ditawarkan Jaques diterima dengan baik dan menjadi rujukan banyak penelitian psikolog Amerika lainnya. Namun, lama kelamaan, semakin banyak studi psikologi yang menganggap konsepnya sebagai sebuah kegagalan.
Sebab, setelah diteliti, hanya sepertiga dari masyarakat Amerika yang mengaku mengalami krisis paruh baya. Mereka yang mengalaminya berpendapat pemicunya adalah rasa ‘tidak terima menjadi tua’ atau trauma yang terjadi di luar kendali mereka, seperti perceraian.
Itu membuktikan kecenderungan penurunan kebahagiaan manusia saat usia paruh baya sebenarnya lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar usia dan angka; seperti pernikahan, status kerja, ras, gender, pendidikan, atau bahkan kepemilikan anak.
Memang, masalah-masalah berat dalam hidup umumnya terjadi pada usia paruh baya. Hidup terlihat menyenangkan pada usia 20-an, dan mulai bergejolak pada 30-an, hingga semakin surut pada 40-an—50an. Baca: 69 Things to be Grateful About Being Single, Buku Para Lajang
Bagaimanapun, tidak ada literatur psikologis yang menjelaskan mengapa manusia mengalami fase kebahagiaan yang cenderung menurun saat memasuki paruh baya. Baik di negara maju maupun berkembang. Hingga kini alasan itu masih sulit diungkapkan.
Secara sederhana, Evans Garey, psikolog Ukrida Jakarta menyimpulkan penurunan kebahagiaan saat usia paruh baya dipicu oleh perubahan. “Perubahan fisik dan hormon, perubahan karena banyak waktu luang setelah tidak produktif, dan perubahan sosial termasuk pergantian struktur keluarga dan kematian anggota keluarga,” jelasnya.
Sementara itu, psikolog Klinik Kesehatan Jiwa Sanatorium Dharmawangsa Liza Marielly Djaprie menilai untuk lepas dari rasa tidak bahagia menjelang usia senja, seseorang harus belajar menerima kenyataan bahwa dirinya sudah mulai tua.
“Banyak orang mengingkari kenyataan tersebut dan berusaha membuktikan performanya masih sama dengan saat dia masih remaja. Dia tidak paham prioritas hidupnya sudah waktunya diubah. Jika tidak ditangani dengan baik, pikiran ini akan menyebabkan depresi.”
Pada akhirnya, satu hal yang bisa dipelajari, yaitu bahwa menjadi orang dewasa itu sulit. Manusia akan memasuki fase evaluasi diri pada suatu titik. Namun, fase itu tidak ada kaitannya dengan angka atau berapa usia Anda.
Saat hidup terasa sulit menjelang usia tua, Anda mulai berpikir hidup menjadi serba terbatas. Namun, telaahlah lagi, apakah itu sebuah ‘krisis paruh baya’ atau jangan-jangan sebenarnya Anda sedang mengevaluasi apa yang seharusnya menjadi prioritas hidup saat ini?