Mengenal Penyakit Virus Tikus dan Gejalanya

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Minggu, 5 Juni 2022 16:17 WIB

Ilustrasi tikus. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa hari lalu terdapat pemberitaan di Cilandak, Jakarta Selatan terdapat orang sakit yang diperkirakan terpapar virus tikus.

Berdasarkan sampel yang dibawa oleh Kementerian Kesehatan telah dibuktikan jika itu bukan merupakan virus tikus.

Berdasarkan keterangan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Ri, Maxi Rondonuwu orang-orang tersebut mengalami gejala demam dan bercak merah pada kulit.

Apa itu Hantavirus

Mengutip dari Bulletin MaterPIE yang diterbitkan oleh Kemenkes RI virus tikus yang juga disebut hantavirus alias virus hanta merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan pengerat (rodensia) ke manusia.

Hantavirus menyebabkan dua macam gejala klinis yaitu, Hemorrhagic Pulmonary Syndrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS). HFRS sudah banyak menginfeksi manusia diberbagai negara sedangkan kasus HPS masih ditemukan di Amerika Serikat saja.

Mengutip dari CDC.gov, HFRS merupakan hantavirus yang berasal dari rodensia dengan famili bunyaviridae. HFRS ini tergolong dalam penyakit seperti demam berdarah dan epidemi nefropati. Biasanya virus yang menyebabkan HFRS adalah Hantaan, Dobrava, Saaremaa, Seoul, dan Puumala.

Advertising
Advertising

HFRS yang dibawa oleh hewan pengerat seperti tikus dapat menginfeksi akibat penularan langsung dari hewan atau antar manusia meski jarang terjadi. Infeksi terjadi saat manusia melakukan kontak langsung dengan hewan karena terpapar urin, kotoran, air liur atau debu dari sarang rodensia.

Apabila ketika urin yang terinfeksi virus hanta masuk ke kulit, lendir mata, hidung, maupun mulut juga dapat menular ke manusia. Selain itu, hantavirus pada hewan pengerat juga dapat menular ketika manusia tergigit.

Jenis hewan yang berpotensi membawa virus henta diantaranya tikus sawah (Apodemus agrarius) yang membawa virus Saaremaa dan Hantaan, tikus coklat (Rattus norvegicus) yang membawa virus Seoul, tikus bank (Clethrionomys Glareolus) membawa virus Puumala dan tikus sawah berleher kuning (Apodemus flavicollis) yang membawa virus Dobrava.

Gejala Virus Tikus

Gejala yang ditimbulkan ketika seseorang terinfeksi HFRS akan muncul dalam 1-2 minggu setelah terpapar. Gejala awal yang dirasakan seperti sakit kepala, demam, menggigil, mual, dan penglihatan kabur. Wajah juga akan terlihat kemerahan atau terdapat ruam dan mata juga menjadi merah.

Selanjutnya: Gejala tersebut diikuti dengan tekanan darah rendah...
<!--more-->

Gejala tersebut diikuti dengan tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran pembuluh darah, dan gagal ginjal akut. Keparahan gejala dipengaruhi oleh faktor virus yang menginfeksi. Biasanya yang menunjukkan gejala paling parah adalah virus hantaan dan doubrava, sedangkan virus seoul, saaremaa, dan puumala lebih ringan. Meski begitu pemulihan dari gejalanya membutuhkan waktu lama, dari hitungan minggu bahkan bulan.

Penularan HPS juga tidak berbeda jauh dengan HFRS yang melalui transmisi langsung, namun virus yang menyebabkan HPS juga dapat bertransmisi melalui udara. Virus yang terkandung dalam urin, kotoran, dan sarang dari tikus mengkontaminasi udara menyebar dan terhirup. HPS juga berbeda dengan HFRS karena penularan tidak terjadi pada antar manusia.

Tikus rusa menjadi tersangka utama dalam menyebarkan hantavirus yang menjadikan HPS.

HPS yang awalnya hanya ditemukan di Amerika Serikat saja kini bisa ditemui di beberapa negara lain termasuk Kanada, Argentina, Bolivia, Brasil, Chile, Panama, Paraguay, dan Uruguay.

Gejala awal yang dirasakan saat terinfeksi HPS terlihat seperti gejala flu, kelelahan, dan nyeri otot pada paha, pinggul, punggung dan bahu. Beberapa orang juga mengalami sakit kepala, kedinginan, dan masalah pada perut seperti mual, muntah, dan diare. Saat gejala semakin parah, orang yang terinfeksi akan merasakan batuk parah dan sesak napas. Bahkan paru-paru pada pasien HPS juga berisi cairan sehingga beberapa merasa seperti dadanya terikat dan wajahnya ditekan oleh bantal.

Infeksi dari Hantavirus atau virus tikus ini dapat berpotensi menyebabkan kematian meski tingkat fatalitasnya tidak terlalu tinggi. Melansir dari Mayoclinic.org, fatalitasnya berkisar 30-50 persen. Komplikasi yang muncul bisa berupa kegagalan jantung dalam mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.

TATA FERLIANA
Baca juga : Penyakit Leptospirosis Langganan Saat Musim Hujan, Apa Bahayanya?

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

3 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

5 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

8 hari lalu

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

8 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

11 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

11 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

21 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

38 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

38 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya