Warna-warni Batik Betawi

Reporter

Editor

Kamis, 25 Juni 2009 10:50 WIB

TEMPO/Fransiskus S

TEMPO Interaktif, Jakarta: Dibandingkan dengan hari jadi tahun-tahun sebelumnya, Kota Jakarta, yang Senin lalu merayakan hari jadi ke-482, kian terasa lebih semarak. Pasalnya, batik Betawi bakal dikembangkan demi menyemarakkan khazanah kain di Indonesia.

Ya, kegembiraan itu kian terasa saat pameran batik Betawi digelar di Museum Tekstil, Jakarta. "Pameran itu merupakan rangkaian dari berbagai pameran yang diprogramkan sepanjang tahun ini. Khusus batik Betawi, bersamaan dengan perayaan hari jadinya," kata H. Indra Riawan, Kepala Museum Tekstil, pekan lalu.

Indra menyebutkan, kini Museum Tekstil telah menyimpan berbagai koleksi kain batik khas Betawi dari sumbangan Yayasan Sirih Nanas pimpinan H. Emma Agus Risri. Sejak Januari lalu, Emma menyumbang museum ini berupa busana, kain batik, dan perlengkapan tempat sirih Betawi.

Ditambahkan Indra, merujuk pada masing-masing suku budaya di Indonesia yang memiliki kekhasan motif, maka batik Betawi dipengaruhi simbol-simbol, seperti ondel-ondel, daun kelapa, yang merupakan simbol upacara adat Betawi.

Menurut Daud Wiryo Hadinagoro, seorang perancang batik Betawi, ciri khas batiknya adalah warna mencolok, seperti jambon atau hijau muda. Motifnya kini direvitalisasi dari motif batik Betawi zaman dulu, seperti motif gringsing, yang dikenal sejak abad ke-14.

Advertising
Advertising

Kemudian motif batik Ciliwung. Ide konsep desainnya diangkat untuk mengaktualisasikan peradaban manusia yang selalu bermunculan dari tepi air. Termasuk sungai Ciliwung, yang juga menjadi daya tarik bagi Portugis, Inggris, dan Belanda pada abad ke-16 dan 17 untuk menguasai Betawi. "Pemakai batik Ciliwung akan menjadi pusat perhatian dan sebagai simbol rejeki yang mengalir terus," ujar Daud.

Sementara itu, motif lereng ondel-ondel diambil dari suasana perayaan HUT DKI Jakarta dengan berbagai macam pergelaran, termasuk ondel-ondel sebagai boneka tolak bala. Motifnya mengandung harapan agar pemakainya mendapat kehidupan yang lebih baik.

Batik Betawi diharapkan menjadi produk unggulan dan kebanggaan masyarakatnya. Demi harapan itu, Pemda DKI Jakarta lewat Badan Pengelola Lingkungan Hidup dan Pemukiman Pulogadung, Jakarta Timur, telah mencanangkan pengembangan batik Betawi sebagai salah satu program percontohan konservasi kekayaan budaya daerah. "Program ini mengajak peran para seniman dan budayawan Betawi untuk mengembangkan ragam motif yang bisa diproduksi massal," tutur Daud.

Namun, di mata pengamat kain Indonesia, Asmoro Damais, pengembangan batik Betawi baru sebatas wacana. Sebab, batik Betawi yang belakangan ini marak dibuat, dikembangkan, dan dimasyarakatkan adalah batik Jakarta yang mesti ditelusuri berdasarkan sejarah dan filosofi yang mendalam.

Pakar kain itu menjelaskan, di masa silam produksi batik Betawi terletak di Batavia. Sejak penjajahan sampai sesudah kemerdekaan, di Jakarta hanya sedikit yang menekuninya. "Saya belum yakin benar soal pengembangan ini. Sebab, bukan tugas mudah. Batik Betawi itu warna-warni lekatnya dari sisi sejarah dengan kualitas tidak main-main. Saya senang, namun tetap menganggap ini baru wacana," Asmoro mengungkapkan.

Perancang Musa Widyaatmodjo hampir senada. "Batik Betawi itu hanya dimiliki para kolektor kain tertentu yang berminat pada karya yang berkualitas tinggi. Biasanya hanya dimiliki kalangan etnis Tionghoa. Sebab, batiknya terpengaruh oleh peranakan Cina atau Hokien," kata Musa awal pekan ini. Di jagat mode Tanah Air, dia disebut jawara kain lokal lantaran setia memakai kain Indonesia, termasuk batik Betawi, dalam karya-karyanya.

Musa melihat batik Betawi memiliki warna yang ngejreng nan mencolok, seperti hijau, merah, dan kuning. Adapun motifnya melambangkan potret kehidupan yang lekat dengan Betawi, seperti burung hong dan kembang mayang. Ada juga corak ondel-ondel, naga, gigi buaya berupa tumpal segitiga, lereng parang barong ceplok Barongsai, dan sebagainya.

Motif nusa kelapa memiliki ide desain dari peta Ceila buatan Pangeran Panembong pada masa Prabu Siliwangi (1482-1521). Dari peta itu terungkap bahwa daerah yang kelak bernama Jakarta sesungguhnya oleh leluhur Betawi dinamai Nusa Kelapa.

Ditambahkan Musa, batik itu muncul dari suasana Nusa Kelapa tempo dulu dan warna para nona Belanda yang bersantai di bawah pohon kelapa. "Secara umum motifnya memaparkan ide kehidupan masyarakat dan budaya Betawi yang dipengaruhi budaya Arab, India, Belanda, dan Cina--macam Barongsai, Imlek, Cap Gomeh, dan Pe Chun."

HADRIANI P

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

4 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

6 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

9 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

34 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

36 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

53 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya