Jika Si Kecil Kelewat Aktif

Reporter

Editor

Senin, 27 Juli 2009 11:02 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Bila balita Anda tidak bisa diam, kerap agresif terhadap teman-temannya, sebaiknya periksakan dia ke psikolog atau psiakiter anak. Bisa jadi dia tergolong anak yang hiperaktif atau Attention-Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD).

Hiperaktif adalah keadaaan neurologik-perilaku dengan gejala-gejala yang meliputi kurangnya perhatian, perhatiannya mudah beralih, hiperaktifitas, dan gelisah yang berlebihan. "Anak sering melakukan tindakan-tindakan yang bersifat implusif, tanpa memperhatikan situasi," ujar dokter Dharmawan A. Purnama, psikiater dan staf pengajar Universitas Tarumanegara, Jakarta, Selasa lalu.

Majalah New Scientist edisi Juni lalu menyebutkan bahwa anak hiperaktif bertindak kasar dan indispliner karena persepsi mereka tentang waktu yang tidak sempurna. Anak-anak hiperaktif waktu bergerak terlalu lambat dan membosankan.

Dharmawan mencontohkan, bila ada pelajaran di kelas, anak hiperaktif kerap iseng berjalan-jalan di dalam kelas dan cenderung membuat onar. "Saya pernah menangani anak yang melompat ke meja tulis tempat saya praktek. Ia melakukannya tanpa berpikir."

Psikiater lulusan FKUI 2008 itu Dharmawan memperkirakan sekitar 3 -7 persen dari anak usia-sekolah dan 4 persen orang dewasa di Indonesia menderita ADHD. Dibandingkan anak perempuan, anak lelaki lebih banyak menyandang ADHD dengan perbandingan 3:1.

Biasanya, kata Dharmawan, gejala hiperaktif mulai dikenali saat usia sekolah, meski dapat didiagnosa pada semua umur. Bila dibiarkan anak akan sulit menyesuaikan diri di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 30 persen anak dengan ADHD mengulang kelas selama setahun di sekolah. Nilai akademis dan pencapaian skor mereka di sekolah seringkali di bawah rata-rata kelas.

Bila tidak ditangani dengan baik, pada usia remajanya anak hiperaktif akan suka mencoba-coba. Penelitian menunjukkan sekitar 75 persen remaja hiperaktif tanpa pengobatan menjadi pecandu narkoba. Sedangkan yang menjalani pengobatan hanya 25 persen yang menyalahgunakan narkoba. "Kecenderungan mereka menjadi pengguna narkoba karena salah satu sifat anak hiperaktif adalah rasa ingin tahunya besar tapi impulsif," tutur Dharmawan.

Namun, sejauh ini belum ada bukti penyebab biologis dari seorang anak menderita hiperaktif. Kebanyakan penelitian menunjukkan adanya gen hiperaktif diturunkan oleh orang tua. Bila ada riwayat keluarga yang hiperaktif, ada kemungkinan generasi selanjutnya juga hiperaktif.

Penyebab lain adalah gangguan pada kehamilan. Ibu yang merokok, stres yang ekstrim saat hamil, atau terpapar alkohol. Penyebab lainnya adalah kekurangan oksigen ketika akan melahirkan, sehingga terjadi perlukaan otak akibat trauma. Anak-anak yang lahir prematur pun berisiko hiperaktif.

Menurut Dharmawan penanganan anak dengan hiperaktif bisa dengan pemberian obat yang mengurangi perilaku hiperaktif dan membuatnya lebih fokus. Namun obat tidak menyelesaikan masalah. Terapi perilaku juga diperlukan.

Jika penyebabnya bukan genetik biasanya pemberian obat dan terapi perilaku mulai terlihat hasilnya setelah 2-3 bulan. Namun untuk penyebab genetik bisa lebih lama, bisa setahun. Kalau penanganannya cepat biasanya gejala hiperaktif bisa hilang ketika anak mulai berusia 15-16 tahun. Pilihan untuk menghentikan obat harus dibicarakan dengan dokter, guru, anggota keluarga, dan anak yang bersangkutan. l Irvan Sjafari | www,adhd.or.id, new scientist
Tipe Hiperaktif

1.kehilangan konsentrasi -- biasanya terjadi pada anak perempuan
2.hiperaktif perilaku pada - kerap terjadi pada anak lelaki
3.kombinasi antara kehilangan konsentrasi dan hiperaktif perilaku - biasa terjadi pada anak lelaki


Tip untuk Orangtua

1. Berikan instruksi yang ringkas. Ingat, mereka sulit fokus dan cepat bosan. 2. Beri contoh berdisiplin. Kalau tidak, mereka akan menilai orangtua tidak konsisten dan hasilnya percuma. Harap diingat, mereka pintar.
3. Puji jika berperilaku baik, jangan selalu menghukum. Pujian membuat anak merasa dihargai.
4. Orangtua bisa melakukan latihan sederhana melalui perintah ringkas, tentukan waktu untuk aktifitasnya.
5. Olah raga permainan yang melatih konsentrasi seperti bulu tangkis, basket membantu mereka untuk fokus pada bola. Olah raga bela diri - berikut filosofi dan meditasi - melatih konsentrasi dan ketekunan untuk melalui tingkatan hingga tingkat tertinggi.
6. Permainan kecerdasan seperti menyusun puzzle dapat melatih untuk berkonsentrasi.
7.Menggurangi asupan tinggi kalori seperti coklat, sirup, dan kopi.

Sumber: Dharmawan.A. Purnama


Berita terkait

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

2 hari lalu

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

Kebugaran dan kesehatan tubuh tak hanya soal olahraga rutin, tapi juga istirahat yang tepat

Baca Selengkapnya

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

4 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

9 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

15 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

17 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

18 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

25 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

26 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

26 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

27 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya