Gizi Mandek Balita Pendek

Reporter

Editor

Senin, 16 November 2009 07:25 WIB

TEMPO/Nickmatulhuda]

TEMPO Interaktif, Sejak lahir Jessica menderita kelainan jantung bawaan. Anak semata wayang ini kena infeksi virus rubella pada saat ibunya hamil. Kecukupan gizinya juga diketahui sangat memprihatinkan. Untuk anak balita dengan usia tiga jalan empat tahun, berat dan tinggi badannya tidak ideal. Berat badannya di bawah 10 kilogram dan tingginya cuma 87 sentimeter. Di Puskesmas Peneleh, Surabaya, Jessica berstatus gizi stunted atau tinggi badan menurut umurnya tidak sesuai.

Menurut ahli madya gizi Puskesmas Peneleh, Surabaya, Ribzotullahmad Nurhakim, ada 5-6 anak balita menjadi perhatian khusus karena gizi buruk di puskesmasnya. Dalam kasus stunting, Edo--sapaan akrab Nurhakim--mengatakan rata-rata memang gizinya buruk. "Tetapi tidak semuanya," kata Edo lewat sambungan telepon kemarin siang.

Penanganan Jessica, Edo mengatakan, dilakukan dengan memberi suplemen zinc dan vitamin lainnya. "Di samping edukasi gizi pada orang tuanya." Jessica, yang tinggal di daerah Kelurahan Genteng, Surabaya, bernasib sama dengan 36,74 persen anak Indonesia lainnya.

Angka itu hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007 terhadap fenomena badan pendek di kalangan anak balita. Anggota staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Dr Abas Basuni Jahari, MSc, menyampaikan, di antara prevalensi anak balita pendek, 12,53 persennya memiliki berat badan kurang.

"Anak-anak yang mempunyai tinggi dan berat badan normal secara nasional cuma 46 persen," Abas memaparkan dalam Temu Ilmiah Persagi di Surabaya, Sabtu lalu. Menurut dia, angka itu jauh sekali dari harapan. Karena itu, ia mewanti ibu-ibu hamil dan yang sudah melahirkan agar menjaga kecukupan gizi hingga anaknya berusia 2 tahun. "Itu harus dijaga betul," Abas menambahkan.

Advertising
Advertising

Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Ahli Gizi Jawa Timur Andryanto Mkes mengindikasikan bahwa anak-anak negeri ini kekurangan mikronutrien, terutama kandungan zin, yang banyak dalam protein hewani. Menurut Andryanto, anak pendek yang kekurangan zinc bisa terpengaruh kecerdasan dan produktivitasnya di masa depan. "Meski bisa lari dan sekolah, ia tidak akan optimal. Ini masalah gawat," dia menegaskan dalam kesempatan terpisah di acara yang sama.

Kandungan zinc bisa didapat dari susu, daging sapi, daging ayam, daging bebek, atau yoghurt. Selain itu, zinc dapat ditemukan pada tiram, kacang-kacangan, almond, biji labu, dan bunga matahari. Zinc memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan anak. Pada ibu hamil, kekurangan zat ini dapat mengganggu perkembangan fisik dan intelektual sang janin.

Andryanto mengakui bahwa kemiskinan memang jadi akar masalah persoalan gizi. Tetapi bukan berarti kemiskinan teratasi, kemudian gizi jadi meningkat. "Sebenarnya ada dua faktor," tuturnya. Yang pertama faktor langsung, seperti masalah konsumsi dan penyakit infeksi pada balita. Ketika jumlah konsumsi makanan kurang, gizinya pasti bermasalah. Begitupun jika anak balita sakit-sakitan, akan berisiko pula terkena kekurangan gizi.

Tetapi, menurut Andryanto, ada faktor tidak langsung dan merupakan faktor utama, yaitu ketidaktahuan orang tua tentang gizi. Contoh kasus, misalnya, ada sejumlah ibu yang diam saja kalau timbangan berat badan balita mereka tetap sama dari bulan ke bulan. "Padahal itu indikasi adanya suatu masalah," Andryanto menjelaskan. Anak itu sudah jelas butuh makanan tambahan untuk meningkatkan berat badannya. "Nah, itu yang tidak dipahami."

Lebih jauh, pada saat anak kurang gizi, maka untuk mengejar ketertinggalan gizi, dibutuhkan sebuah makanan "sempurna". Sempurna di sini, menurut Andryanto, adalah yang bisa mencakup 40 zat gizi yang direkomendasi. "Nah, makanan itu adalah susu," ujarnya. Namun, ia juga menekankan bahwa pemenuhan gizi dimulai dari memperhatikan pola makanan bayi dengan memenuhi gizi seimbang. "Dimulai dari air susu ibu."

Andryanto mengatakan, berdasarkan target Millennium Development Goals 2015, jumlah kasus anak balita pendek di Indonesia diharapkan turun hingga sekitar 18 persen. Angka itu, kata Andryanto, harus dicapai mengingat human development index Indonesia paling rendah di Asia Tenggara. "Kita di urutan 111 dari 177 negara yang diperiksa oleh UNDP (United Nation Development Program)," dia memaparkan.

Human Resources and Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Hendro H. Poedjono menyatakan angka konsumsi susu di Indonesia sebenarnya meningkat ketimbang tahun lalu, dari 8 liter per kapita per tahun menjadi 10 liter per kapita per tahun pada 2009. Kreativitas produsen susu dengan variasi pilihan susu, seperti rasa anggur, stroberi, dan vanili, membuat anak suka minum susu. "Dengan begitu, kecukupan gizi anak Indonesia akan meningkat," ujarnya.

HERU TRIYONO

Berita terkait

Mahmoud Abbas Menuntut Israel Secepatnya Tarik Pasukan dari Jalur Gaza

28 hari lalu

Mahmoud Abbas Menuntut Israel Secepatnya Tarik Pasukan dari Jalur Gaza

Mahmoud Abbas menuntut agar Israel secepatnya dan sepenuhnya menarik pasukan dari Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

UNICEF Peringatkan Kasus Gizi Buruk di Utara Gaza Lebih Banyak dari Data yang Tercatat

40 hari lalu

UNICEF Peringatkan Kasus Gizi Buruk di Utara Gaza Lebih Banyak dari Data yang Tercatat

UNICEF yakin kasus gizi buruk di Gaza lebih banyak dari data yang tertulis di rumah sakit karena banyak yang tak bisa berobat.

Baca Selengkapnya

UNRWA Ingatkan Gizi Buruk pada Anak di Gaza Sudah di Level Akut

41 hari lalu

UNRWA Ingatkan Gizi Buruk pada Anak di Gaza Sudah di Level Akut

Satu dari tiga balita usia di bawah dua tahun di utara Gaza saat ini mengalami gizi buruk akut.

Baca Selengkapnya

Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

44 hari lalu

Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula

Ada ribuan anak yang sedang menderita penyakit komplikasi serius karena kelangkaan susu di wilayah Gaza utara.

Baca Selengkapnya

WHO dan UNICEF Catat Angka Malnutrisi Anak di Gaza Utara di Level Ekstrem

53 hari lalu

WHO dan UNICEF Catat Angka Malnutrisi Anak di Gaza Utara di Level Ekstrem

WHO dan UNICEF mencatat angka malnutrisi pada anak yang akut di wilayah utara Gaza mencapai level ekstrem.

Baca Selengkapnya

Cara-cara Mencegah Stunting

19 Februari 2024

Cara-cara Mencegah Stunting

Tidak hanya tinggi badan kurang dari standar saja, tetapi stunting juga dapat menyebabkan kerusakan otak dan penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Serupa Tapi Tak Sama, Kenali Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

19 Februari 2024

Serupa Tapi Tak Sama, Kenali Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

Masih banyak yang mengira anak stunting dan anak mengalami gizi buruk adalah sama. Meski serupa, stunting dan gizi buruk adalah dua hal yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Itu Stunting, Gejala, dan Cara Mencegahnya

7 Februari 2024

Ketahui Apa Itu Stunting, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Memahami apa itu stunting dan cara pencegahannya penting diketahui. Sebab, hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

5 Februari 2024

Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

Isu kesehatan dalam debat capres muncul mulai dari stunting, gizi buruk, obesitas, dan anemia. Ini artinya.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Gaet UNICEF untuk Cegah Stunting di Indonesia

20 November 2023

CIMB Niaga Gaet UNICEF untuk Cegah Stunting di Indonesia

PT Bank CIMB Niaga Tbk. (CIMB Niaga) dan UNICEF menjalin kolaborasi dalam mengatasi masalah gizi buruk sebagai upaya mencegah stunting di Indonesia.

Baca Selengkapnya