TEMPO.CO - Mengkonsumsi makanan organik adalah salah satu kebiasan yang direkomendasikan para ahli gizi demi menjaga kesehatan tubuh. Namun, tahukah Anda, beberapa makanan organik yang menurut Anda lebih sehat untuk dikonsumsi malah mengandung unsur yang sangat beracun, yaitu arsenik.
Sebuah tim peneliti dari Dartmouth, Amerika Serikat, mengungkapkan banyak produk makanan organik, termasuk suplemen, yang dikenal sebagai sirup beras merah memiliki konsentrasi arsenik yang jauh lebih tinggi dari makanan diet organik tanpa sirup lainnya.
Tim peneliti dari Dartmouth menguji beberapa bahan makanan organik, termasuk yang ada di dalam formula susu bayi, sereal, dan makanan sarapan berenergi. Tim juga menguji suplemen energi yang digunakan oleh atlet maraton dan sepeda.
Salah satu bahan yang diuji adalah susu formula bayi yang memiliki tingkat arsenik enam kali lebih tinggi dari batas minuman air bersih, yaitu 10 bagian per milyar (ppb) menurut Environmental Protection Agency (EPA). Brian Jackson, profesor peneliti dan penulis utama dalam studi tersebut mengatakan, penelitian ini berasal dari studi tentang arsenik sebelumnya yang telah dilakukan pada susu formula bayi.
"Merek utama susu bayi tidak begitu banyak," kata Jackson kepada FoxNews.com, Kamis, 16 Februari. "Lalu aku berada di sebuah supermarket lokal dan melihat dua brand susu formula tidak dikenal dan mereka memiliki kandungan arsenik 20 sampai 30 kali lebih tinggi dari semua susu formula merek utama lainnya. Saya melihat label serta bahan-bahan utamanya dan saya menemukan kandungan sirup beras organik coklat," ujar Jackson.
Sirup beras cokelat banyak digunakan dalam makanan organik sebagai pilihan pemanis sehat. Varian beras merah biasa digunakan juga sebagai alternatif untuk sirup jagung dengan kandungan fruktosa tinggi. Namun, setelah itu muncul kritik bahwa sirup jagung merupakan bahan yang jauh lebih berbahaya daripada gula dan secara substansial dapat memperparah obesitas.
Kecenderungan beras untuk memiliki konsentrasi arsenik yang lebih tinggi tergantung dari cara bagaimana beras itu tumbuh. Ketika padi dibudidayakan, padi menyerap senyawa yang dikenal sebagai silika. Senyawa ini membantu tanaman tumbuh lebih lebih baik. Saat padi ditanam, arsenik bertransformasi mirip silika sehingga ikut terserap.
Beras merah menyerap arsenik lebih banyak dari beras putih. Sebab lebih banyak arsenik yang terserap dalam sekam beras merah. Sebelumnya, tes air minum telah menunjukkan hubungan antara konsentrasi arsenik tinggi dan peningkatan risiko beberapa kanker dan penyakit kardiovaskular. Namun, Jackson mengatakan terlalu dini menentukan potensi bahaya terlalu banyak makan sirup beras cokelat organik.
"Kami benar-benar tidak tahu apa risikonya," kata Jackson. "Kami memiliki acuan risiko arsenik seperti yang terkandung dalam air minum, sedangkan arsenik dalam makanan adalah masalah yang berbeda. Pilihan diet Anda terdiri dari variabel, sehingga beberapa jenis mungkin mengandung arsenik sedang lainnya tidak. Jadi sulit untuk membuat perbandingan atas itu semua," ujar Jackson.
Meski begitu, para peneliti tidak bermaksud menakut-nakuti orang agar menjauh dari makanan organik. Mereka berharap orang akan memiliki informasi lebih baik tentang makanan yang mereka pilih. Tim juga berharap penelitian mereka akan mendorong Badan Pengawan Obat dan Makanan Amerika menetapkan pedoman yang lebih baik mengenai makanan organik, khususnya formula susu bayi.
"Bayi adalah manusia yang paling mendapatkan paparan arsen tidak proporsional," kata Jackson. "Batas kami didasarkan pada bobot kita dan bayi memiliki berat badan sangat rendah sehingga mereka mendapatkan dosis arsenik yang relatif besar," kata Jackson.
FOXNEWS | CHETA NILAWATY
Berita terkait
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan
37 hari lalu
Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Baca SelengkapnyaKemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja
18 Mei 2022
Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaTips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker
8 Maret 2022
Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.
Baca SelengkapnyaKenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi
30 Desember 2021
Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.
Baca SelengkapnyaSikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan
20 Desember 2021
Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan
Baca SelengkapnyaAsam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung
18 November 2021
Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.
Baca SelengkapnyaMengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali
13 November 2021
Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.
Baca SelengkapnyaManfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik
11 November 2021
Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.
Baca SelengkapnyaSering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya
30 Oktober 2021
Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?
Baca Selengkapnya5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala
24 Oktober 2021
Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.
Baca Selengkapnya