TEMPO.CO, Jakarta - Sesak napas merupakan salah satu keadaan gawat yang dapat mengancam jiwa. Sesak napas dapat terjadi tiba-tiba atau merupakan kondisi lanjutan dari perjalanan penyakit yang memberatkan. Sesak napas juga dapat disebabkan oleh gangguan pada paru dan saluran napas.
“Tapi dapat juga disebabkan oleh kelainan jantung, darah, dan organ lainnya, misalnya ginjal,” ujar Spesialis Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Nastiti Kaswandani, dalam lokakarya Emergency Fair and Festival (E-FAST), di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu, 20 Oktober 2012..
Sesak napas atau dyspnea, yang pada umumnya muncul secara mendadak, merupakan gejala penyakit yang membutuhkan perhatian dokter. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti asma, penggumpalan darah pada paru-paru, sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan kehamilan.
Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls (rangsangan) ke otak dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi pasien. Pada beberapa kasus, sesak napas diperhebat kegelisahan memikirkan penyebabnya.
Keadaan sesak napas ini menjadi lebih kompleks bila yang mengalami adalah anak-anak. Sebab, anak-anak, terutama balita, belum mampu menunjukkan kepada lingkungan sekitarnya bila mereka mengalami sesak napas. “Karena itu, orang tua harus mengenal gejala sesak napas pada anak,” kata Nastiti.
Menurut Nastiti, gejala dan tanda anak mengalami sesak napas adalah anak merasa gelisah, frekuensi napas lebih cepat dari biasanya, tampak tarikan pada dinding bawah, bibir tampak kebiruan, disertai suara napas tambahan seperti mengorok. “Bila sudah parah, kesadaran menurun, kejang, dan biru,” kata Nastiti.
Mendeteksi dini tanda-tanda sesak napas ini dapat dilakukan orang tua dengan cara menghitung kecepatan napas anak, mendengarkan suara napas tambahan, melihat kulit dan bibir anak, serta melihat tarikan napas pada dada anak. “Sebaiknya dilihat apakah dadanya menjadi lebih cekung atau tidak,” ujar Nastiti.
Lalu bagaimana cara memberikan pertolongan pertama bila bayi Anda sesak napas? Pertama, segeralah mencari tempat senyaman mungkin. Bila perlu bawa anak Anda ke tempat tidur atau di ruangn mana pun, yang dapat membuat bayi Anda beristirahat dengan tenang.
Kedua, segera posisikan bayi Anda dengan keadaan duduk atau setengah duduk. Bila perlu sandarkan bayi Anda ke bantal. Namun, jangan pernah memposisikan bayi Anda yang sesak napas dengan posisi tidur. Karena tidur justru dapat menyumbat saluran pernapasan bayi.
Ketiga, jangan pernah merasa panik. Bila perlu ajaklah anak Anda berbicara untuk menenangkannya. Atau, bisa juga dengan memberinya air minum hangat untuk menenangkannya. Sehingga ia menjadi terhibur dan segera pulih.
Keempat, longgarkan pakaiannya, supaya anak tidak merasa sesak. Kemudian, pijitlah daerah syaraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki, atau lebih tepatnya di antara jempol dan jari telunjuk kaki. Namun, cara memijitnya harus dengan pelan-pelan. Jika hal ini tidak membuat kondisi bayi anda menjadi lebih baik, segeralah bawa ke dokter untuk mendapatkan pertolongan yang lebih baik.
CHETA NILAWATY
Berita Terpopuler:
Basuki: Kami Tidak Keteteran Hadiri Acara
Surya Paloh dan Edwin Rebutan Gunung Emas
Pengamat Sarankan Jokowi Delegasikan Wewenangnya
Penambang Liar Berebut Emas dengan Surya Paloh
Jokowi Dapat ''Lampu Hijau'' Bangun Kampung Susun
Berita terkait
Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita
6 November 2022
Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?
Baca Selengkapnya8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi
3 April 2019
Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.
Baca SelengkapnyaPerubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi
4 Februari 2019
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim
Baca SelengkapnyaKembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis
24 Januari 2019
Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.
Baca SelengkapnyaBayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter
15 November 2018
Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.
Baca SelengkapnyaAnak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik
11 November 2018
Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.
Baca SelengkapnyaTanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya
6 November 2018
Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi
Baca SelengkapnyaIbu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya
1 November 2018
Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.
Baca SelengkapnyaBayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya
19 Oktober 2018
Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.
Baca SelengkapnyaBayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah
17 Oktober 2018
Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.
Baca Selengkapnya