Pertolongan Pertama Saat Bayi Tersedak

Reporter

Editor

Grace gandhi

Selasa, 30 Oktober 2012 05:33 WIB

REUTERS/Rick Wilking

TEMPO.CO , Jakarta: Tersedak lazim terjadi pada bayi yang usianya di bawah enam bulan. Hal itu terjadi karena pada usia ini refleks menelan si bayi belum sempurna. Rongga pernafasannya juga belum mampu membesar secara optimal sehingga ia belum bisa mengatur jalannya udara, cairan, atau makanan padat yang masuk ke mulut.

Urusan bayi tersedak, yakni masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan (tenggorokan) dan saluran paru-paru (bronkus), tak boleh diremehkan oleh orang tua. Bila dibiarkan terlalu lama, tersedak dapat menyebabkan radang paru-paru atau pneumonia. Saat tersedak, bayi mengalami batuk hingga muntah sebagai reaksi tubuh dalam usaha mengeluarkan benda yang tertelan. Bila sebagian dari cairan muntah atau benda asing yang tertelan tadi masuk ke paru-paru, dapat timbul radang paru.

Tak hanya itu, bila serpihan makanan atau cairan masuk ke saluran pernafasan, jalan udara bisa tertutup. Akibatnya, bayi dapat mengalami gagal nafas. Dampak dari gagal napas ini bermacam-macam, dari bayi membiru hingga ketidaksadaran.

“Karena itu orang tua harus sigap melakukan pertolongan pertama seusai anak batuk dan muntah setelah tersedak,” kata dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Nastiti Kaswandani, dalam workshop Emergency Fair and Festival (E-FAST) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu dua pekan lalu.

Menurut Nastiti, langkah pertama untuk mengatasi tersedak pada bayi adalah menghentikan pemberian makanan atau minuman yang terkadang menjadi penyebab utama tersedak. Kemudian, istirahatkan bayi untuk memantau kondisi apakah bayi dapat bernafas kembali atau tidak. “Bila setelah tersedak bayi tidak bisa bernafas sama sekali, yang ditandai dengan dada bayi tidak bergerak naik atau turun, orang tua perlu melakukan metode penyelamatan Heimlich sebagai pertolongan pertama,” katanya.

Metode Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat saluran pernafasan tanpa intervensi alat apa pun dari luar. Metode ini, menurut situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dapat diterapkan pada anak di atas satu tahun ataupun di bawah satu tahun. Agar berhasil, latihan dan keterampilan sangat diperlukan untuk menerapkan metode ini. Bila penolongnya tidak terlatih, bukan mustahil bila kondisi si anak malah lebih buruk.

Pada anak usia di bawah setahun, metode pertolongan Heimlich dilakukan seperti ini: Pertama, letakkan bayi di lengan penolong sehingga kepala bayi lebih rendah daripada badannya. Kemudian, sanggalah kepala bayi dengan telapak tangan. Dalam metode ini, jangan sampai tangan penolong menghalangi atau menutup mulut bayi.

Setelah itu, berikan lima tepukan pada punggung bayi. Jika benda penyebab bayi tersedak tidak dapat keluar, letakkan bayi pada paha penolong dengan muka menghadap penolong. Sangga kepala bayi dengan telapak tangan penolong, kemudian letakkan 2-3 jari penolong di bawah tulang iga bayi dan berikan lima sentakan ke arah dada. "Harus diperhatikan, jika benda di mulut bayi sudah terlihat, segera keluarkan dengan jari," kata Nastiti.

Sementara itu, menerapkan metode Heimlich pada anak di atas setahun dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Penolong berdiri di belakang anak dan peluk anak di bagian pinggangnya. Kemudian, beri sentakan pada perut atau di bawah bagian tulang iga. Lakukan sentakan ini beberapa kali sampai benda yang membuat anak tersedak keluar.

Nastiti mengingatkan agar penolong tidak mengambil benda yang membuat bayi tersedak dengan jari (mengorek) sebelum benda tersebut terlihat. Sebab, bila tindakan ini dilakukan, dikhawatirkan benda yang ada dalam mulut bayi justru terdorong lagi ke dalam.

Menurut Thamrin Machmud, dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Khusus THT-Bedah Proklamasi, Jakarta, tersedak akan menghalangi keluar-masuknya udara di saluran pernafasan. Secara normal, saat mulut menelan makanan atau minuman, jalan udara menuju paru-paru akan tertutup oleh epiglotis alias anak tekak atau katup.

“Kerja epiglotis menjadi tidak sempurna bila makanan, minuman, atau benda lain masuk secara bersamaan dengan aktivitas mulut lainnya seperti berbicara atau menangis,” ujar Thamrin dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu.

CHETA NILAWATY



Terpopuler:
Behel Gigi untuk Gaya Justru Jadi Bahaya

Saran untuk Pemakai Kawat Gigi

Cemilan Dibutuhkan, Tiga Kali Sehari

2 Gelas Anggur Merah Bisa Membahayakan Otak

Jitu Tangani Diare Akibat Keracunan

Berita terkait

Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?

Baca Selengkapnya

8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Baca Selengkapnya

Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim

Baca Selengkapnya

Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

Baca Selengkapnya

Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.

Baca Selengkapnya

Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.

Baca Selengkapnya

Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi

Baca Selengkapnya

Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.

Baca Selengkapnya

Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.

Baca Selengkapnya

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.

Baca Selengkapnya