TEMPO.CO , Jakarta:Para ilmuwan telah mengembangkan tes pendeteksi pengidap skizoprenia. Tes yang diklaim akurat hampir 100 persen ini dilakukan dengan mengecek tatapan mata seseorang. Gangguan gerakan mata telah lama dikaitkan dengan penyakit skizoprenia.
Para peneliti dari Aberdeen University melaporkan hasil sebuah studi yang mendemonstrasikan akurasi 98 persen dalam membedakan orang pengidap dan bukan pengidap skizoprenia. Untuk mengetahui perbedaan tersebut, peneliti menggunakan simple viewing test yang mengeksplorasi kemampuan gerakan mata seseorang.
Orang dengan skizoprenia menunjukan kekurangmampuan untuk mengikuti objek dengan gerakan lambat. Gerakan mata mereka cenderung jatuh di belakang objek bergerak, lalu menangkap lagi gerakan objek dengan menggunakan gerakan mata cepat yang disebut 'saccades'. Pasien skizoprenia juga ditemukan memiliki kesulitan mengelola tatapan mata yang tetap.
Dalam studi yang dipimpin Dr Philip Benson dan Professor David St Clair ini para sukarelawan diminta mengikuti objek bergerak lambat dengan mata mereka, memeriksa berbagai adegan sehari-hari, dan diberi instruksi untuk menjaga tatapan mata pada objek tunggal tidak bergerak. Dengan melihat hasilnya, para peneliti bisa mempercepat deteksi dari kondisi sukarelawan. Para peneliti kini mengkaji apakah hasil tes ini bisa dipakai untuk intervensi dini pada penyakit mental mayor.
"Telah diketahui selama lebih dari seratus tahun bahwa individu dengan penyakit psikotik memiliki beragam ketidaknormalan gerakan mata, tapi sampai studi yang kami lakukan, tidak ada yang berpikir bahwa ketidaknormalan gerakan mata ternyata cukup sensitif untuk digunakan sebagai diagnostik klinik yang potensial," kata Dr Benson sebagaimana dilasir dari laman Daily Mail, Kamis 1 November 2012.
"Kini Kami mengeksplorasi bagaimana temuan ini bisa dikembangkan untuk digunakan dalam praktik klinis rutin," Professor St Clair menambahkan.
Clair menjelaskan diagnosis dengan neuropsychological cukup memakan waktu, biaya, dan membutuhkan tenaga terlatih untuk melakukannya. Sebaliknya, tes gerakan mata cukup mudah, murah, dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit. "Ini artinya bahwa model prediktif dengan presisi seperti ini potensial bisa dimasukan dalam klinik dan rumah sakit untuk membantu dokter dengan menambah kriteria diagnostik berdasarkan gejala tradisional," ujar Clair.
Langkah selanjutnya yang ingin dilakukan peneliti adalah mengetahui kapan ketidaknormalan bisa dideteksi pertama kali. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan pada jurnal Biological Psychiatry edisi November.
AMIRULLAH
Berita Terpopuler
Tip Agar Si Putih Menjauh
Ozon Pengusir Si Putih
Ketika Ikan Menggelepar di Gaun Yuku
Vaksin Flu Bisa Melindungi Jantung?
7 Cara Manajemen Stres Saat Bencana
Sehat Berkat Terapi Madu
Berita terkait
Ini Alasan Berat Badan Tidak Bertambah Meski Makan Banyak
26 Januari 2019
Para peneliti menemukan alasan berat badan seseorang tidak bertambah meski makan sesuka hatinya.
Baca Selengkapnya10 Alasan untuk Memasukkan Lemon dalam Menu Harian
17 September 2017
Sejak dulu, lemon memang dikenal sangat kaya akan vitamin C dan zat gizi lain.
Pertajam Kemampuan Otak dengan Alpukat dan Kacang-kacangan
14 September 2017
Sebuah penelitian menegaskan pentingnya makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh buat kesehatan kognitif.
Baca SelengkapnyaPasang Kondom dengan Benar, Cek 5 Kiatnya Agar Aman
19 Juli 2017
Kesalahan saat memakai kondom ketika berhubungan intim bisa menyebabkan kehamilan tak diinginkan akibat kondom bocor atau tertinggal di lubang vagina.
Baca SelengkapnyaMenghindari Karbohidrat? Gangguan Fungsi Otak Mengintai
19 Juli 2017
Banyak orang yang malas mengkonsumsi karbohidrat karena takut gemuk padahal hal itu salah.
Baca SelengkapnyaOlahraga Berlebihan Vs Kulit, Jangan Lupa Minum Suplemen
19 Juli 2017
Menurut seorang pakar kesehatan, berolahraga berlebihan ternyata berdampak buruk bagi kulit yang cepat menua.
Baca SelengkapnyaTipe Orang Seperti Ini Tak Mudah Terkena Insomnia
12 Juli 2017
Pakar neurologi mengatakan ada tipe orang yang tak mudah mengalami insomnia dan gangguan tidur lainnya.
Baca SelengkapnyaUnduh Aplikasi Pintar Ini Jika Anda Menderita Insomnia
24 Juni 2017
Kini, terdapat ratusan aplikasi yang didesain khusus untuk dapat membantu para penderita insomnia.
Baca SelengkapnyaKolesterol Tinggi Mengundang Penyakit, Begini Cara Mengontrolnya
21 Juni 2017
Kadar kolesterol yang tinggi dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, perlemakan hati, dan kerusakan pankreas.
Baca SelengkapnyaGingkgo Biloba Bantu Memperbaiki Mood dan Daya Ingat
16 Juni 2017
Berdasarkan penelitian, manfaat ginkgo biloba antara lain meningkatan fungsi kognitif, mood positif, energi, dan memori.
Baca Selengkapnya