Jam Sekolah Panjang Berdampak pada Anak

Reporter

Editor

Pruwanto

Senin, 10 Desember 2012 06:17 WIB

Sejumlah murid belajar menulis di sekolah alternatif gratis untuk anak-anak kurang mampu di Kawasan Kuningan, Jakarta, (4/9). ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO , Jakarta:Ratih Wulandari kebingungan dengan sakit panas tak berkesudahan yang menimpa putra tunggalnya, Arkan Putra Hati. Pelajar kelas 3 sekolah menengah pertama swasta favorit di Jakarta Selatan sudah dibawanya ke beberapa dokter. Dalam keadaan sakit, ia tetap nekad mengajak anaknya jalan-jalan ke Solo meski amat khawatir. “Eh, sampai di Solo, panasnya turun,” katanya tertawa. “Rupanya ia stress.”

Penyebab stress Arkan diketahui lantaran jam pelajaran di sekolahnya sebagai sekolah unggulan amat mengerikan. Dua kali dalam sepekan, sekolah itu mewajibkan siswa yang berada di tahun terakhir mendapatkan tambahan pelajaran agar sukses melewati ujian akhir nasional. Walhasil, Pada Selasa dan Kamis, Arkan memulai belajar dari jam 7 pagi itu dan berakhir jam 7 malam. “Kasihan sebenarnya, tapi teman-temannya kan juga diperlakukan sama,” kata Ratih berdalih.

Pengamat anak Seto Mulyadi mengatakan, jam pelajaran bagi siswa tingkat menengah di Indonesia jauh melampaui batas normal. Para siswa di negeri ini rata-rata harus menjalani sekitar 1.400 jam pelajaran setiap tahunnya. Padahal, panduan yang dibuat UNESCO menyarankan jam pelajaran yang ideal sebesar 800 jam setiap tahunnya. “Jam pelajaran di Indonesia itu termasuk yang paling tinggi di seluruh dunia,” ujarnya.

Selama ini, kata Seto, sistem dan budaya pendidikan di Indonesia sangat mengagungkan pembenahan sisi kognitif. Para siswa banyak dijejali mata pelajaran yang memaksa mereka terampil berhitung dan menghafal. Mereka diperlakukan laiknya sebuah robot, harus menuruti aturan main yang sudah dibuat. Padahal, pendidikan bagi anak juga perlu dilakukan untuk mengembangkan dunia kreatifitas mereka.

Menurut Seto, sistem ini merupakan salah satu pemicu mengapa seorang anak mudah merasa kesal dan jenuh. Mereka bahkan menjadi fobia ketika menghadapi mata pelajaran tertentu. Sayangnya, tidak banyak guru yang memahami bagaimana merespon masa tumbuh kembang anak sesuai kebutuhannya masing-masing. Pada siswa yang gagal mengikuti mata pelajaran tertentu tidak jarang menjadi korban karena mendapat hukuman.

Kisah tragis pernah dialami seorang siswa sekolah menengah pertama di Jakarta beberapa waktu lalu. Suatu waktu, ia nyaris bunuh diri karena gagal mengikuti keinginan kedua orang tuanya yang memintanya meraih angka 90 untuk mata pelajaran matematika. Ia selau dibanding-bandingkan dengan capaian yang pernah dilakukan semua kakaknya. "Anak itu merasa tidak dibesarkan menjadi dirinya sendiri," kata Seto.

RIKY FERDIANTO| ISTIQOMATUL HAYATI



Berita Terpopuler
EDISI KHUSUS: Bollywood Yahud
Apa Untungnya Kalau Rhoma Irama Jadi Presiden

Dahlan: Seperti Nama Sayur, Terancam (Reshuffle)

Abraham Sebut Andi Mallarangeng Kesatria Bugis

Bursa Pengganti Andi Mallarangeng, Felix Menjawab

Ruhut Minta Anas Legowo Mundur

Berita terkait

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

1 hari lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

2 hari lalu

Gibran Dorong Program CSR Lebih Banyak Diarahkan ke Sekolah-Sekolah

Gibran mengatakan para penerima sepatu gratis itu sebagian besar memang penerima program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.

Baca Selengkapnya

KPPU: Penegakan Hukum Pinjol Pendidikan Masih Tahap Penyelidikan Awal

2 hari lalu

KPPU: Penegakan Hukum Pinjol Pendidikan Masih Tahap Penyelidikan Awal

Pada Februari 2024, KPPU menyatakan memanggil empat perusahaan pinjol yang berikan pinjaman pendidikan kepada mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

7 hari lalu

Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

Tenaga pendidik akan ditempatkan Kemendikbudristek di CLC yang berlokasi di perkebunan atau ladang dengan masa penugasan selama 2 tahun.

Baca Selengkapnya

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

12 hari lalu

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

Pendiri perusahaan teknologi Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa ada tiga profesi yang tahan dari AI. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Inilah Vivi, Mahasiswa Baru Termuda Unesa yang Lulus SNBP di Usia 16 Tahun

20 hari lalu

Inilah Vivi, Mahasiswa Baru Termuda Unesa yang Lulus SNBP di Usia 16 Tahun

Begini kiat Vivi bisa lulus SNBP 2024 program studi Manajemen Informatika Unesa sebagai calon mahasiswa baru termuda.

Baca Selengkapnya

Kemendikbudristek Sebut 87 Persen Sekolah Sudah Bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

23 hari lalu

Kemendikbudristek Sebut 87 Persen Sekolah Sudah Bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan

Kemendikbudristek sudah menyiapkan petunjuk teknis dan panduan untuk membantu mencegah kekerasan di sekolah.

Baca Selengkapnya

2 WNI Dapat Penghargaan Kepala Perwakilan di Luar Negeri Jepang

27 hari lalu

2 WNI Dapat Penghargaan Kepala Perwakilan di Luar Negeri Jepang

Lussy Novarida Ridwan mendapat penghargaan atas kontribusinya mempromosikan dan meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Jepang

Baca Selengkapnya

Berikut Daftar 14 PSN yang Disetujui Jokowi Termasuk BSD dan PIK 2, Sepanjang 2013-2023 Telah Rampung 190 PSN

29 hari lalu

Berikut Daftar 14 PSN yang Disetujui Jokowi Termasuk BSD dan PIK 2, Sepanjang 2013-2023 Telah Rampung 190 PSN

Pada 2024, Jokowi menyetujui 14 PSN Baru termasuk BSD milik Sinar Mas dan PIK 2 dari Agung Sedayu Group. Rentang 2013-2023 telah rampung 190 PSN.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Pengumuman SNBP 2024, Simak Cara Registrasi Siswa yang Lolos Seleksi

33 hari lalu

Hari Ini Pengumuman SNBP 2024, Simak Cara Registrasi Siswa yang Lolos Seleksi

Jumlah pendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi atau SNBP 2024 mencapai 702.312 siswa.

Baca Selengkapnya