TEMPO.CO, Prancis - Jumlah sperma pria menurun tajam sejak 1990-an. Ilmuwan menilai ini sebagai peringatan kesehatan masyarakat yang serius.
Penelitian yang dilakukan ilmuwan Prancis ini menunjukan jumlah sperma pria turun hingga sepertiga. Studi dilakukan dalam rentang waktu 1989 hingga 2005 dan melibatkan 26 ribu pria dari seluruh dunia. Selain penurunan jumlah, kesehatan sperma pria juga turun dengan proporsi yang sama.
Kecenderungan penurunan jumlah dan kesehatan sperma ini dikaitkan dengan diet, gaya hidup, paparan kimiawi, bahkan penggunaan celana dalam yang ketat.
Hasil penelitian ini seolah mengkonfirmasi riset 20 tahun sebelumnya yang menunjukkan jumlah sperma pria mengalami penurunan jumlah di banyak negara di seluruh dunia.
Peneliti mengatakan, fakta bahwa penurunan progresif selama periode lebih dari 17 tahun mengindikasikan problem yang sedang terjadi. Terhadap hasil ini, Richard Sharpe, guru besar University of Edinburg, menilai penurunan jumlah sperma akan berpengaruh pada kesuburan pria. Upaya investigasi diperlukan untuk mengetahui penyebab kecenderungan ini.
"Di Inggris, masalah ini tidak pernah dipandang sebagai masalah kesehatan yang prioritas, mungkin disebabkan keraguan apakah jumlah sperma yang menurun itu nyata," kata Richard, sebagaimana dilansir dari Daily Mail, Kamis, 6 Desember 2012. "Sekarang sedikit keraguan ini menjadi nyata, maka inilah waktunya untuk bertindak."
"Kita masih tidak tahu faktor mana yang paling penting terhadap penurunan ini. Tapi mungkin yang paling mungkin adalah kombinasi dari perubahan-perubahan, seperti diet tinggi lemak dikombinasikan dengan paparan kimia lingkungan yang meningkat," ujar Richard.
Dalam studinya, peneliti menggunakan data dari 126 pusat pengobatan fertilitas. Mereka menemukan bahwa dari 1989 hingga 2005, ada 32,2 persen penurunan konsentrasi sperma. Jumlah ini muncul hampir rata-rata dua persen setiap tahun.
Hasil perhitungan menunjukkan konsentrasi sperma per milimeter semen menurun secara progresif mulai dari 71,4 juta sperma per milimeter pada 1989 menjadi 48,8 juta per milimeter pada 2005. Proporsi pembentukan sperma normal juga turun dari 64 persen menjadi 41 persen pada periode yang sama.
Peneliti mengatakan ini adalah studi pertama yang menyimpulkan penurunan parah pada konsentrasi dan morfologi (kesehatan) sperma pada skala negara selama periode yang panjang. "Ini merupakan peringatan kesehatan publik yang serius," kata peneliti. Penelitian ini dipublikasikan online dalam jurnal Human Reproduction.
DAILY MAIL | AMIRULLAH
Berita Lain:
Gadis Perokok Rawan Osteoporosis Dini
Hindari Morning Sickness Seperti Kate Middleton
Tak Disunat, Berisiko Kena Infeksi Saluran Kencing
Lusa, Buku Raden Saleh Diluncurkan di Yogyakart
Berita terkait
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan
22 hari lalu
Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Baca SelengkapnyaKemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja
18 Mei 2022
Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaTips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker
8 Maret 2022
Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.
Baca SelengkapnyaKenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi
30 Desember 2021
Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.
Baca SelengkapnyaSikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan
20 Desember 2021
Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan
Baca SelengkapnyaAsam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung
18 November 2021
Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.
Baca SelengkapnyaMengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali
13 November 2021
Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.
Baca SelengkapnyaManfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik
11 November 2021
Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.
Baca SelengkapnyaSering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya
30 Oktober 2021
Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?
Baca Selengkapnya5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala
24 Oktober 2021
Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.
Baca Selengkapnya