TEMPO.CO, Jakarta - Tanggal 2 Oktober kemarin merupakan empat tahun pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia sebagai salah satu kekayaan warisan budaya. Pengakuan UNESCO ini harus diimbangi dengan sikap menjaga eksistensi kekayaan budaya tersebut dari beragam sisi. Demikian pendapat Okke Hatta Rajasa, yang ditemui Tempo di kawasan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada Rabu, 2 Oktober.
Menurut Okke, sebuah pengakuan internasional terhadap warisan kebudayaan harus dilihat pula bagaimana dampaknya terhadap negara tersebut serta tidak hanya pada sebatas mendapat pengakuan.
“Perlu dilihat juga apakah berdampak signifikan pada kondisi sosial dan ekonomi,” ujar Okke yang menghadiri acara Hari Batik Nasional di gedung KPPT, Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
“Lihat sebesar apa ukurannya untuk mendatangkan peningkatan taraf hidup serta mendatangkan lapangan pekerjaan baru,” ujar dia.
Menurut Okke, hadirnya lapangan kerja baru, meningkatnya pendapatan masyarakat dan pengrajin batik, merupakan salah satu parameter bahwa selain mendapatkan pengakuan, batik pun dapat terus dipertahankan, tidak hanya sebagai karya seni budaya tapi juga punya nilai ekonomi.
Okke mengingatkan untuk terus dapat mempertahankan dari persaingan, batik harus terus melakukan inovasi. Salah satunya dengan mengembangkan batik melalui inovasi-inovasi kekinian.
“Harus disadari, tanpa inovasi kita akan sulit untuk bersaing,” kata dia. Hal tersebut digarisbawahi Okke sebab pada tahun 2015 mendatang Indonesia harus siap untuk bersaing di kelas tataran ASEAN. Oleh sebab itu, inovasi terhadap suatu karya perlu diperhatikan.
Luncurkan Peta Jalan BPR dan BPRS, OJK Dorong Penguatan Pemodalan
55 menit lalu
Luncurkan Peta Jalan BPR dan BPRS, OJK Dorong Penguatan Pemodalan
Untuk penguatan BPR dan BPRS OJK membuka peluang bagi BPR dan BPRS untuk memperluas akses pemodalan lewat penawaran di pasar modal dan mendorong konsolidasi