TEMPO.CO, Jakarta - Wajah terlihat polos tapi bersinar tentu menjadi idaman setiap perempuan. Betapa tidak, karena orang yang melihat pasti mengira si pemilik wajah tidak perlu banyak usaha untuk merias wajahnya. Nah, teknik merias polos yang dikenal dengan nama riasan telanjang atau nude make-up ini bisa menjadi alternatif yang cerdas.
"Riasan telanjang hanya menonjolkan bagian tulang atau bagian kulit alami," kata ahli tata rias Anggra Septa, yang ditemui di pusat perbelanjaan Gandaria City, Jakarta Selatan, pertengahan Oktober lalu.
Pengajar dan pemilik Anggra Septa Training Center ini menuturkan bahwa penggunaan riasan telanjang ini awalnya biasa diterapkan perias wajah dalam acara peragaan busana. Alasannya, para perancang tak ingin model yang membawakan hasil karyanya memakai riasan yang lebih menonjol ketimbang busana yang harus dipamerkan.
"Kalau makeup-nya tebal, nanti bajunya kebanting. Akibatnya, fokus orang jadi bergeser," kata pria 30 tahun itu.
Namun kini, lantaran hasilnya bagus, riasan telanjang banyak pula dipakai untuk kegiatan harian. Pekerja, pelajar, hingga tamu yang harus datang ke pesta pada siang atau sore hari sangat cocok dengan sentuhan riasan ini. Apalagi untuk orang Indonesia yang memang tidak terlalu berani mengeksplorasi make-up. "Tetap ya, harus ada sentuhan yang agak nonjol," kata Anggra. Misalnya dengan warna lipstik yang lebih terang dan warna perona pipi yang lebih jelas.
Sebab, kalau mengikuti pakem riasan telanjang, hasil akhirnya akan tampak pucat. Tipe karakter muka seperti ini memang cocok untuk peragaan busana atau pemotretan fashion. "Kalau orang kantoran terlalu pucat, nanti dikira sakit," kata Anggra tertawa.
Pada dasarnya yang ingin ditonjolkan dari riasan ini adalah kesehatan kulit alami. Sehingga cara ini cocok untuk wajah yang tidak memiliki jerawat, komedo, atau flek hitam.
