TEMPO.CO, Jakarta -Dari ajang Indonesia Fashion Week 2014, ada konsep menggabungkan potensi desainer dengan brand. Hal ini dilakukan oleh Asosiasi Pengusaha Garmen Indonesia (APGAI) yang mengawinkan kreativitas desainer dan kemapanan retail brand lokal. Kolaborasi yang menunjukkan desainer dan brand bisa bersatu.

Ada beberapa kolaborasi yakni, Hammer dan desainer Deden Siswanto, Coconut Island dengan desainer asal Bali, Putu Aliki, The Executive dengan desainer Hannie Hananto dan Colorbox dengan Number 1 (desainer alumni Lembaga Tata Busana Susan Budihardjo).

Menuruti Direktur Indonesia Fashion Week, kolaborasi ini menghasilkan beberapa keuntungan. Yakni, desainer belajar dari brand. Begitu juga sebaliknya.

Deden Siswanto terinspirasi pada kepribadian individu pada zaman Edwardian. Konsep ready to wear dibuat lebih high fashion.(Baca :Empat Daerah dalam Prakiraan Tren 2014)

Putu Aliki yang memiliki gaya edgy memakai karakter andalan grafis Ganesh sebagai simbol keseimbangan dan pengetahuan, yang mengusung jiwa muda dan ready to wear, disesuaikan dengan karakter Coconut Island yang lebih vintage urban. "Gaya yang saya bawakan lebih street wear," kata Putu.

Desainer Hannie Hananto menghadirkan koleksi Lebaran 2014 dengan dominasi warna hitam putih terdiri dari kaftan, baju gamis dan tunik. Dan Colorbox dan Number 1 menampilkan gaya lebih anak muda.

Pihak perwakilan dari The Executive mengatakan, mengapa memilih Hannie Hananto karena berasal dari latar belakang sama yakni, memilih gaya simpel, city look, dan modern.

EVIETA FADJAR

Berita Terpopuler
Lima Tip Tampil Modis dengan Uang Minim
Cokelat Membantu Mikroba Baik dalam Pencernaan
Empat Hal yang Bikin Komunikasi Terhambat
Tidur Tak Teratur Picu Kerusakan Otak