Perancang Etnik Indonesia Siap Hadapi AFTA 2015
Editor
Evieta Fadjar Pusporini
Sabtu, 16 Agustus 2014 09:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menuju era pasar global memang tak bisa dibendung. Terutama pada industri mode Indonesia yang tahun depan, akan berlangsung Asean Free Trade Area (AFTA) 2015.
"Perancang nasional, terutama mereka yang mengandalkan inspirasi lokal dan bahan baku etnik yang merancang sebagai busana siap pakai siap bersaing dengan merk atau label dari luar negeri," kata Raizal Rais atau Buyung saat pembentukan Forum Desainer Etnik Indonesia (FDEI) do kafe Emax, Pasaraya, Blok M, pada Rabu 13 Agustus 2014.
"Saya yakin, kemampuan dan kreativitas perancang Indonesia tidak kalah dengan China atau negara lain untuk mengembangkan industri mode di dalam hingga ke luar negeri," kata Buyung. (Baca : Etnik Indonesia, Tangkal Hadirnya Produk Impor)
Menurut Buyung yang menjadi penggagas dan pengarah FDEI, Indonesia memiliki potensi mode tak sekedar industri tekstil {TPT), tapi juga industri besar modern yang mengarah ke trend mode dunia.
"Kekuatan Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman jenis tekstil atau kain yang melambangkan seni budaya bangsa kita. Sejarah sudah membuktikan seni tekstil kain Indonesia sudah tersohor sejak jaman dulu dan pelestarian tradisi budayanya berjlangsung hingga kini."<!--more-->
Buyung menjamin perancang Indonesia siap hadapi AFTA tahun depan. "Enggak ada ketakutan, kita siap, meski harus diakui tak mudah juga menghadapi gempuran perancang dan pengusaha tekstil dari mancanegara yang akan leluasa berseliweran mendatangi pengrajin lokal di daerah-daerah.
Dengan persaingan yang semakin berat melalui FDEI akan menjadi gerakan solid untuk menghadapi hal-hal semacam ini," kata Buyung yang menyebutkan sebanyak 60 perancang lokal yang tersebar di seluruh Indonesia bergabung di forum ini.
Mereka adalah Samuel Watimena, Thomas Sigar, Ida Royani, Sony Muchlison, Jadin C. Djamaluddin, Linda Hamid Grander, Dian Pelangi, Qonita Gholib, Jenny Tjahyawati, Defrico Audi, Didit Maulana, Sabena Stephanus Hamy, Savitri Andri Tanzil dan sebagainya.(Baca : Surabaya Tuan Rumah Pekan Mode Asia 2014 )
Selain siap menghadapi AFTA 2015, Buyung juga mengatakan, forum juga akan bertugas untuk mempertahankan kelangsungan dunia mode Indonesia. Melalui forum ini, para perancang Indonesia bisa berperan aktif melestarikan dan mengembangkan industri tekstil dan mode di Tanah Air hingga ke manca negara.<!--more-->
"Kamipun ingin memberikan sumbangsih pada perancang muda yang tumbuh subur bersama-sama menghadapi apapun, AFTA atau lainnya termasuk mengukuhkan jati diri hingga menembus pasar global," ujar dia.
Sementara Sony Muchlison menambahkan forum ini akan menggali kekayaan budaya Indonesia, memunculkan ke perhelatan mode, membangun heterogenitas yang jadi enjadi jembatan pemahaman karya seni kain tradisional antara masyarakat, pengusaha dan para perancang.
"Melalui forum ini akan menunjukkan potensi dunia mode Indonesia sangat luar biasa besar dan menjanjikan. Hanya, sayang dalam perkembangannya, hingga kini Indonesia belum mampu menciptakan apa yang disebut indentitas dan kekuatan fashion lokal. Hal ini jadi tugas penting FDEI," ujar Sony.
Sony menegaskan, saat ini fashion Indonesia belum kompak didukung secara industri. "Sifatnya masih berjalan sendiri-sendiri belum ada integrasi menyeluruh hilir ke hulu. Hal ini akan jadi tugas penting FDEI yang fokus dan konsisten mengangkat fashion Indonesia berbasis etnik lokal sebagai dasar karakter atau identitas menuju pasar global," kata Sony.
HADRIANI P
Berita Terpopuler
Etnik Indonesia, Tangkal Hadirnya Produk Impor
Trik Agar Terlihat Lebih Muda
Macet dan Gaya Hidup Bikin Orang Kota Depresi
Mari Pangestu Resmikan Buku Merdy Sihombing