Saat Logo Indomaret Jadi Inspirasi Mode  

Reporter

Editor

Subkhan tnr

Kamis, 9 Oktober 2014 04:09 WIB

Branding Susan Budihardjo tim foto Muara Bagdja

TEMPO.CO, Jakarta—Logo gerai Starbucks, Burger King, Lawson, Indomaret, Seven-Eleven hingga Alfamidi muncul dalam koleksi Ubiquitous Mod dari label pakaian Number 1 produksi Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo. Tapi, jangan bayangkan logo itu muncul terang-terangan dalam koleksi siap pakai yang terdiri dari 100 tampilan itu. Logo-logo tadi digabungkan menjadi logo baru sehingga, anda bisa jadi tidak sadar saat melihatnya.


“Kami sengaja menggabungkan logo-logo itu. Karena koleksi ini bercerita soal kota, dimana ada banyak convenient store yang berjejalan dan membuat penuh,” kata salah satu desainer koleksi ini, Emiliana kepada Tempo, Jumat, 3 Oktober 2014 di The Hall Senayan City. Emiliana mewakili 11 desainer lulusan LPTB Susan Budihardjo yang ramai-ramai menggarap koleksi ritel yang bakal dijual di Metro Departement Store tersebut.


Ada tiga konsep besar yang ditawarkan oleh para desainer muda ini melalui karyanya. Yang pertama yaitu Motion, yang melambangkan gerak kota yang dinamis. Lalu, adapula Branding yang terinspirasi dari gerai-gerai ritel tadi, dan terakhir yaitu Wifi. Maka, jangan heran jika tiba-tiba ada hiasan kepala dari gelas kertas Slurpee—minuman dingin di gerai Sevel—ataupun kaleng biskuit Khong Guan, yang diubah menjadi tas.


Melawan tren dunia pada 2015 yang mengusung warna putih dan emas sebagai rona utama, lulusan LPTB Susan Budiardjo justru mengusung warna neon dalam subjudul Branding. Warna hitam, dipadukan dengan merah muda menyala dan hijau dalam garis-garis yang terbatas. Ada kaos, dan sweater dengan logo ritel yang dicetak di bagian dada. “Kami sengaja memilih warna neon, untuk membuat tren sendiri,” kata Emiliana.


Selebihnya, koleksi keroyokan itu menampilkan warna-warna monokromatik. Ada banyak sweater longgar, blus dengan aplikasi brokat, ataupun gaun pendek dengan warna hitam-putih dalam koleksi Wifi, plus hiasan kepala atau gantungan tas yang mirip logo wifi. Ataupun, lukisan grafis gedung pencakar langit kota saat senja yang muncul dengan semburat oranye keemasan di atas gaun pendek hitam dalam subjudul Motion. Dua subjudul koleksi ini, tampaknya aman untuk pasar ritel Metro, yang menyasar klien menengah ke atas. Koleksi terbaru dari Number 1 ini, rencananya baru akan diproduksi musim mendatang. “Saat ini yang sudah ada di toko, masih koleksi musim sebelumnya,” kata Emiliana.


Advertising
Advertising

Ada sedikit rasa pop yang mirip seperti langkah Jeremy Scott melalui rumah mode Moschino musim semi lalu. Jika anda ingat dengan logo Mc Donalds ataupun angka-angka fakta nutrisi pada gaun malam taffeta milik Scott, tentu ini sebenarnya rumus yang sama. Tapi, Number 1, melakukannya dengan sedikit malu-malu, karena memilih untuk menggabungkan logo-logo itu menjadi lambang baru.


Sindiran soal konsumerisme itu pun akhirnya menjadi tanggung di sebagian koleksi. Jika, Mc Donalds ala Scott meledak di Amerika Serikat dan Asia, logo Indomaret ini, tampaknya belum tentu bakal meledak jika diproduksi. Tapi, Langkah LPTB Susan Budiardjo lewat Number 1 sebenarnya bisa disebut sebagai inovasi diantara sekolah mode. Nyaris tidak ada sekolah mode yang membuat program inkubator bagi para lulusannya sebelum mereka membuat brand sendiri.


Susan pun tidak menetapkan batasan berapa lama desainer yang terpilih untuk mengelola Number 1 harus mengurus brand itu sambil belajar mengelola bisnis. “Kebanyakan dari mereka sih pada akhirnya berhenti karena memang ingin punya label sendiri,” kata Susan. Sebagian lulusan sekolah ini memang dikenal sebagai desainer ternama Indonesia kini. Mereka antara lain, Sebastian Gunawan, Edward Hutabarat, Eddy Betty, Adrian Gan, Chenny Han, Sofie, Denny Wirawan, Tri Handoko, dan Widi Budimulia.


Susan sengaja membiarkan siswanya untuk berkreasi dengan bebas serta berlatih untuk menghadapi para buyer ritel. Pengalaman mengelola bisnis mode, kata dia, tentu tidak dengan mudah didapatkan. “Sehabis ini mereka masih harus presentasi koleksi yang tadi ke Metro,” kata Susan seusai acara. Para siswa Susan pun cukup piawai mengelola material murah menjadi koleksi siap pakai dengan daya jual cukup tinggi. “Mereka baru berani main bahan Rp 20 ribuan per meter,” kata dia. Tapi, di panggung mode, bahan-bahan tadi sama sekali tidak terlihat murah.


SUBKHAN



Berita terkait

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

30 menit lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

2 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

9 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

17 hari lalu

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

22 hari lalu

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion

Baca Selengkapnya

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

26 hari lalu

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

37 hari lalu

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

Baca Selengkapnya

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

54 hari lalu

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.

Baca Selengkapnya

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.

Baca Selengkapnya