Cara Benar Detoks Tubuh

Reporter

Editor

Isma Savitri

Selasa, 23 Desember 2014 04:05 WIB

Rodale.com

TEMPO.CO, Jakarta - Detoksifikasi atau membuang racun dari dalam tubuh menjadi topik baru yang digarap konsultan gizi Andang Gunawan. Perempuan 59 tahun ini sebelumnya tenar dengan buku Food Combining. "Banyak yang salah paham tentang detoksifikasi," kata Andang dalam peluncuran buku Diet Detoks, Cara Ampuh Menguras Racun Tubuh di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Menurut dia, banyak pihak memanfaatkan ketidaktahuan orang akan detoksifikasi. Misal dengan menjual suplemen atau obat yang katanya bisa melakukan detoksifikasi. Padahal, detoksifikasi adalah mekanisme untuk membuang atau menetralkan racun di dalam tubuh. Detoksifikasi yang betul, kata Andang, adalah berpuasa.

Sebab, pada saat perut kosong itulah organ pencernaan istirahat. Sayang, terkadang, momen puasa yang bagus buat tubuh itu dihancurkan oleh berbuka yang dijadikan ajang makan sepuasnya. Akibatnya, perut harus bekerja ekstra. Di sinilah perlunya detoksifikasi ketika tubuh tidak maksimal membuang toksin atau racun dari dalam tubuh. (baca: Sayuran Bisa "Melawan" Saat Dimakan)

Menurut Andang, detoksifikasi perlu jika tubuh mulai menunjukkan gejala tidak nyaman setelah bangun tidur. Misal sering lelah, lesu, nafas tak sedap, gangguan kulit, dan sakit kepala yang berulang. Jika sudah ada tanda-tanda seperti itu bisa jadi detoksifikasi alamiah tubuh lewat keringat, urin, dan feses berjalan tidak benar. Sebab, tubuh sudah terlalu lama dicekoki makanan tak sehat.

Maka pilihannya adalah detoksifikasi. Andang menuliskan bahwa ada dua metode populer untuk detoksifikasi, yaitu puasa air dan puasa jus. Reaksi yang paling kentara adalah warna urin lebih keruh, sering buang angin, mual, dan feses berlendir. "Reaksi detoks umumnya muncul di hari ketiga," kata Andang. Untuk mengantisipasi efek tersebut, Andang menyarankan agar selama proses detoksifikasi tidak berpanas-panas di bawah terik mata hari, sering minum, dan tidak beraktivitas terlalu banyak.

Waktu optimal detoksifikasi adalah 7-40 hari. Andang mengingatkan, bagi yang minat detoksifikasi lebih dari tujuh hari sebaiknya didampingi oleh dokter atau ahli nutrisi yang menguasi terapi detoks. Dokter spesialis gizi medik, Inge Permadi, mengatakan bahwa detoksifisikasi juga dikenal dalam metodologi kedokteran. Namanya colon cleansing atau pembersihan usus.

Tahapan ini dilakukan untuk membuat foto usus. Caranya dengan mengkonsumsi obat pencahar yang membuat lancar buang air besar. Yang kedua adalah dengan banyak mengkonsumsi serat. "Ini adalah cara alami tubuh," kata dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. (baca: Konsumsi 200 Gram Sayuran Kurangi Risiko Stroke)

Serat dikenal sebagai alat pembersih terampuh. Meski sedikit nilai gizinya, tapi konsumsi serat dari sayur dan buah dapat membantu usus membuang sisa hasil pencernaan. "Kalau terlalu lama diendapkan sisa ini bisa diserap lagi dan memicu pertumbuhan sel kanker," kata dia. Tapi, Inge mengingatkan, meski serat ini penting, bukan berarti hanya mengkonsumsi serat saja. Tubuh masih perlu karbohidrat, protein, dan lemak.

DIANING SARI

Terpopuler:
Kimmy Jayanti Percaya Berkat Tuhan
6 Tips Jaga Kecantikan di Usia Setengah Abad
7 Kebiasaan Buruk Saat Diet
Hari Ibu,Amy Atmanto: Muliakan Ibu Bawa Keberkahan
Eksplorasi Go Internasional Ardistia New York



Berita terkait

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

1 hari lalu

Istirahat Tak Sekadar Bersantai, Apa Itu Rest Day?

Kebugaran dan kesehatan tubuh tak hanya soal olahraga rutin, tapi juga istirahat yang tepat

Baca Selengkapnya

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

3 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

8 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

14 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

16 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

16 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

24 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

25 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

25 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

26 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya