Deretan parfum mahal "Amouage" dipamerkan di Liquides perfume-bar, Paris 4 Desember 2014. Niche merupakan merek parfum yang diakui menempati deretan parfum termahal yang pernah ada, walaupun belum ada data statistik mengenai hal tersebut. REUTERS/Jacky Naegelen.
TEMPO.CO, Paris - Semuanya berawal dari Katia Apalategui, 52 tahun, yang sangat merindukan almarhum suaminya. Ia mulai mengendus bantal dan pakaian milik almarhum suaminya untuk menjaga ingatan tentang sang suami agar tetap hidup.
Lalu muncul ide perempuan Prancis ini untuk mengabadikan wewangian tersebut. Maka Katia mengekstrak bau dari pakaian orang yang sudah meninggal, lalu memasukkannya ke dalam botol parfum.
"Kami akan menawarkan parfum melalui rumah duka. Kami akan mengabadikan harumnya dengan sepotong kain yang disediakan oleh keluarga," kata Katia, seperti yang dilansir Mirror pada 24 April 2015.
Saat ini Katia Apalategui telah mendirikan sebuah perusahaan parfum yang bekerja sama dengan Le Havre University. Parfum ini diperuntukkan Katia bagi kerabat yang berduka agar dapat mengenang aroma unik orang yang dicintai.
Rencananya parfum tersebut mulai dijual di Prancis akhir tahun 2015 seharga 400 poundsterling atau Rp 7,8 juta per botol.
Katia Apalategui percaya parfum buatannya akan menawarkan "kenyamanan" kepada siapa saja yang merindukan pasangan, anggota keluarga, atau teman-teman yang telah tiada.
"Ada hubungan kuat antara bau dan memori, yang setara dengan foto, video, dan kenangan lain serta dapat menawarkan kenyamanan besar untuk orang yang berduka," kata Katia.
Kimiawan Universitas Le Havre, Geraldine Savary, mengatakan, "Kami mengambil pakaian seseorang dan mengekstrak bau, yang mewakili sekitar seratus molekul, dan kami merekonstruksi itu dalam bentuk parfum yang bertahan selama empat hari," katanya.
Parfum ini juga dapat digunakan sebagai hadiah bagi kekasih pada Hari Valentine atau untuk anak yang terpisah dari orang tuanya.