Rabies: Grafik Korban Turun Naik, Cek 5 Faktor Pemicunya

Reporter

Mitra Tarigan

Editor

Susandijani

Rabu, 27 September 2017 18:07 WIB

Seeokor anjing di vaksinasi di kota Taipei, 30/7. World Organisation for Animal health atau OIE mengkonfirmasi bahwa Taiwan saat ini tengah dilanda wabah rabies. Reuters/Pichi Chuang

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia memperingati Hari Rabies pada Kamis 28 September 2017. Diperkirakan hadir sejak 400 tahun lalu, penyakit yang disebabkan oleh virus rabies ini bisa menghilangkan nyawa.

Jumlah korban akibat penyakit rabies (Lyssa) di Indonesia menurut data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menurun, tapi jumlah kematian karena kasus tersebut justru meningkat. Baca:8 Fakta Rabies, 99 Persen Kematian Akibat Gigitan Anjing

Data infografik korban akibat penyakit rabies (lyssa) di Indonesia memperlihatkan semakin menurunnya jumlah korban dari tahun 2012 hingga 2014. (Cek grafik di bawah)

Namun jumlah kematian kasus itu meningkat awalnya 98 korban jiwa pada 2014 menjadi 118 korban jiwa pada 2015. Direktur P2PTVZ-Ditjen P2 P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Drg Vensya Sitohang, M.Epid, mengatakan pada 2016 jumlah kematian kembali menurun menjadi 77 korban jiwa.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian rabies. Yaitu: Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR), kasus yang diberi vaksinasi post exposure treatment dengan Vaksi Anti Rabies (VAR) dan kasus yang meninggal karena Rabies (Lyssa) dan spesimen positif pada hewan. ??

Grafik Kasus GHPR dan Lyssa di Indonesia

Klik tombol pada grafik untuk melihat data

Advertising
Advertising

Gambar di atas memperlihatkan terjadinya penurunan kasus GHPR pada tahun 2012 sebanyak 84750 kasus menjadi 69136 kasus pada tahun 2013 dan meningkat kembali pada tahun 2014 dan 2015. ??Sedangkan kasus Lyssa mengalami penurunan signifikan sampai 2014 dan meningkat sebesar 20 persen pada tahun 2015 karena meningkatnya kasus positip pada hewan, masyarakat tidak melapor sehingga penanganan kasus kegigitan tidak dilaksanakan dengan prosedur standar operasional atau SOP.?? Begitu data yang dikutip juga dari Infodatin Rabies 2016. Baca: Rabies, di Bali Kasusnya Tertinggi? Simak Peta Penyebarannya

Disebutkan juga ada lima faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kasus rabies pada hewan dan manusia di suatu daerah. Yaitu, pertama kesadaran masyarakat dalam tatacara memelihara hewan yang baik dan benar (vaksinasi rutin dan tidak meliarkan hewan peliharaan), kedua pengetahuan masyarakat tentang bahaya rabies, ketiga kesadaran dan kemauan masyarakat untuk melaporkan kasus gigitan hewan penular rabies ke fasilitas kesehatan.

Keempat, kesadaran masyarakat untuk segera ke pelayanan kesehatan setelah digigit hewan penular rabies untuk mendapat pengobatan sesuai SOP, dan kelima perpindahan penduduk dan lalu lintas penduduk dengan membawa hewan peliharaan dari satu wilayah ke wilayah lainnya.?

Berita terkait

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 jam lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

7 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

8 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

8 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

9 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

9 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

9 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

13 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

16 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

17 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya