Lama Duduk Mempengaruhi Panjang Usia, Intip Penelitiannya

Reporter

Susandijani

Editor

Susandijani

Rabu, 27 September 2017 21:05 WIB

Ilustrasi pria di tempat kerja. lovebscott.com

TEMPO.CO, Jakarta - Terlalu banyak duduk memiliki peluang untuk mati cepat, meskipun suka berolahraga. Sebaliknya, orang yang cenderung lebih aktif bergerak setiap setengah jam sekali memiliki peluang untuk lebih panjang umur.

Peneliti Pusat Perilaku Kesehatan Kardiovaskular di Columbia University Medical Center New York, Keith Diaz, menjelaskan temuan tersebut mengindikasikan pentingnya bergerak dan hidup aktif setiap hari.

“Kita harus sering-sering bergerak dalam sehari, karena berolahraga saja tidak cukup,” tegasnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Baca juga:
Pernikahan Dini Akibat Keluarga Terlalu Sibuk? Simak Risetnya
Disfungsi Ereksi? Hindari 7 Hal Pemicunya
Kontrasepsi Baru untuk Pria, Ini Penelitiannya

Riset yang dilakukan Diaz dan timnya ditujukan untuk membuktikan kaitan antara kematian dan gaya hidup tidak aktif. Salah satunya adalah dengan menghitung berapa banyak seseorang perlu bergerak setiap harinya untuk menurunkan risiko kematian dini.

Diaz menganalisis data dari 7.985 orang dewasa berusia 45 tahun ke atas. Mereka diminta untuk menggunakan alat accelerometer untuk menghitung tingkat aktivitas mereka selama sepekan penuh.

Secara umum, hasil dari riset tersebut menunjukkan gaya hidup tidak aktif (sedentary) mendominasi 77 persen kehidupan orang-orang dewasa tersebut. Lebih dari 12 jam per hari mereka menghabiskan waktu untuk berdiam diri atau hanya duduk di kursi kerja.

Selain itu, hasil riset tersebut menemukan fakta bahwa rata-rata waktu istirahat orang dewasa dalam sehari adalah 11 menit, dan lebih dari separuh waktu yang dihabiskan untuk duduk dan berdiri terjadi dalam waktu kurang dari setengah jam.

Bagaimanapun, sekitar 14 persen dari orang-orang yang dianalisis pada umumnya melakukan peregangan di sela-sela gaya hidup tidak aktif mereka selama kurang dari 90 menit. Selama proses analisis, terlihat bahwa 340 orang meninggal setelah 4 tahun.

Diaz dan timnya membagi partisipan ke dalam empat kelompok, mulai dari yang gaya hidupnya paling aktif atau menghabiskan 11 jam per hari untuk duduk, hingga yang paling tidak aktif atau hanya duduk selama lebih dari 13 jam per hari.

Mereka juga membagi partisipan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan berapa lama setiap orang berdiam diri sebelum melakukan pergerakan di sela-sela gaya hidup tidak aktifnya. Hasilnya beragam antara 7,7 menit hingga 12,4 menit.

“Dibandingkan dengan kelompok orang yang sesekali melakukan peregangan, mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu duduk seharian terpantau berisiko dua kali lipat meninggal lebih awal selama rentang waktu studi kami,” kata Diaz.

Sayangnya, studi ini memiliki kelemahan yaitu alat accelerometer tidak dapat membedakan waktu tidak aktif saat duduk dan berdiri. Studi tersebut juga tidak didukung dengan pengalaman untuk membuktikan apakah ada kausalitas langsung antara gaya hidup tidak aktif dan kematian dini.

Kepala Penelitian Kardiovaskular dan Metabolisme di University Health Network-Toronto Rehabilitation Institute, David Alter, berpendapat gaya hidup tidak aktif bisa mempercepat kematian karena menyebabkan apa yang disebut di dunia medis sebagai ‘toksisitas metabolik’.

“Jika otot kita kurang beraktivitas, hal tersebut bisa mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengolah gula dengan efisien. Lama kelamaan, tubuh akan mengakumulasi lemak ekses yang bisa berujung pada obesitas, diabetes, penyakit jantung, kanker, dan kematian.”

Alter menambahkan salah satu trik yang dapat membantu seseorang untuk tidak melupakan peregangan adalah dengan menggunakan stopwatch. Sebab, alat tersebut dapat membantu mengingatkan orang kapan harus berdiri dan bergerak untuk menghindari terlalu banyak duduk.

Meskipun saat ini sudah mulai banyak perusahaan yang memproduksi ‘bangku berdiri’ (standing desk) untuk membantu mengatasi masalah gaya hidup tidak aktif, hingga saat ini bangku berdiri masih belum terbukti dapat membantu seseorang hidup lebih sehat.

“Lebih baik menggunakan peralatan yang dapat membantu kita bergerak, seperti treadmill, sepeda statis, atau sekadar berjalan kaki. Itu adalah hal-hal yang mudah diimplementasikan bahkan di kantor,” jelasnya.

BISNIS

Berita terkait

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

2 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

3 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

4 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

4 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

8 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

11 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

12 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

19 hari lalu

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya