Pengunjung berswafoto saat mengunjungi pameran komik AkuKPK di Jakarta, 20 Agustus 2017. Acara yang bertemakan Aksi Komik Untuk KPK (AkuKPK) ini menampilkan berbagai karikatur dan komik korupsi yang bertujuan untuk mendukung KPK dalam media sosial. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Nasional Literasi Digital berangkat dari kegelisahan berbagai elemen masyarakat terhadap besarnya ancaman bahaya penyebaran konten negatif jika tidak dikelola dengan tepat. Semua konten negatif, seperti hoax, hate speech, cyber bullying, dan radikalisme dunia maya, berpotensi dikonsumsi pengguna internet, yang 80 persen di antaranya anak muda berusia 10-29 tahun dan 30 juta di antaranya adalah anak-anak.
Anak muda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat berkontribusi terhadap gerakan ini, minimal dengan tidak ikut menyebarkan konten negatif serta memverifikasi pemberitaan.
“Generasi muda harus bijak dalam menyebarkan konten yang ada di Internet karena kita membutuhkan lebih banyak lagi berita baik untuk memberikan image positif di mata dunia” kata Rieka Handayani, Head of Public Relations BLANJA.com, dalam keterangan tertulis, Jumat, 27 Oktober 2017.
Rieka menambahkan, tidak menyebarkan konten negatif sudah menjadi fokus pihaknya. Manajemen menganggap penting hal tersebut. Karena itu, pihaknya secara regular memberikan arahan dan imbauan kepada seluruh karyawan untuk lebih bijak dalam menggunakan akun media sosial masing-masing.
Pada 27-28 Oktober 2017 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, digelar SiBerkreasi Netizen Fair 2017. Festival ini berkaitan dengan Gerakan Nasional Literasi Digital, yang didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang kembali mengajak semua elemen masyarakat dan komunitas, termasuk anak muda, merayakan semangat dan kreasi konten positif di dunia maya.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?