The Rise of Java, Perpaduan Fashion, Orkestra dan Tari
Reporter
Muh. Syaifullah (Kontributor)
Editor
Susandijani
Sabtu, 4 November 2017 17:48 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Minggu malam, 5 November 2017 besok, The Rise of Java akan menghangatkan pelataran Ramayana Ballet di kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta.
The Rise Of Java merupakan acara yang menyajikan perjalanan sejarah kekayaan tanah Jawa yang disampaikan melalui musik, fashion dan tari. Acara dikemas menjadi satu kesatuan yang menarik dan istimewa dan beda dari pertunjukan lainnya. "Acara ini diharapkan menjadi sebuah wisata sejarah dalam bentuk lain. Ada kombinasi nilai luhur di bidang busana, musik dan tari. Sebelumnya tidak pernah ada," kata Tatip Primadi, managing Director Gatra Group sebagai panitia penyelenggara.
Acara akan dibuka dengan penampilan sendratari Ramayana. Kemudian secara berurutan akan masuk pertunjukan Rise of Java yang dibagi dalam empat babak. Masing-masing melambangkan perkembangan peradaban nusantara. Pada setiap babak ditampilkan busana dan musik yang mewakili masing-masing era tersebut.
Baca juga: Komikus Si Juki, Meme itu Komedi Satir Hingga Lelucon
Pertunjukan Rise of Java menampilkan sejarah kain lurik yang secara tradisional menjadi pakaian khas warga pedesaan. Lalu pertunjukan dilanjutkan dengan cerita kehidupan manusia dengan batik. Lalu ada evolusi dari zaman kebaya dan batik yang dikenakan oleh peranakan Belanda dan Cina. Pertunjukan ditutup dengan penampilan busana tradisional kebaya yang terinspirasi dari kemegahan dan kekayaan alam serta budaya Indonesia.
Akan ada 48 model dari berbagai kota yang berlenggang menampilkan karya Afif Syakur, Didiet Maulana, Lenny Agustin dan Philip Iswardono. "Ini tantangan bagi kami, saya menerjemahkan 15 looks, kain lurik, batik itu rumit. Ciri khas saya tabrak garis," kata desainer Phillip, Jumat, 3 November 2017.
Sementara itu, Dwiki Darmawan dengan Peace Orchestra mengiringi seluruh pagelaran The Rise Of Java, termasuk mengiringi penampilan Andien, Rafly Kande, Sruti Respati dan Wizzy. Dwiki Dharmawan menyatakan acara ini merupakan konsep bagus yang penuh tantangan.
Biasanya, musik untuk musik itu sendiri. Tetapi ini merupakan kolaborasi antara musik, busana dan tari. "Saya tampilkan juga alat-alat musik zaman kuno," katanya. Dwiki harus kerja keras untuk mengiringi busana lurik dan batik. juga harus memadukan antara musik generasi yang berbeda. "Selain itu juga genre penyanyi juga berbeda. Sruti, misalnya, dia adalah sinden," katanya.