Seorang anak down syndrome membawa bunga saat berjalan di panggung Petite Fashion Week di Madrid, Spanyol, 6 Oktober 2017. AFP PHOTO / GABRIEL BOUYS
TEMPO.CO, Jakarta - World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 8 juta penderita Down Syndrome di dunia. Spesifiknya, ada 3.000-5.000 anak lahir mengidap kelainan kromosom per tahunnya.
Untuk di Indonesia, terdapat 0,12 persen penderita Down Syndrome pada 2010. Angka itu meningkat jadi 0,13 persen di 2013. Data ini mengacu pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan.
Dalam rilis yang diterima Tempo tertulis, Down Syndrome disebabkan karena adanya kelainan perkembangan kromosom. Kelainan itu mengganggu perkembangan fisik dan mental anak.
Kromosom merupakan unit genetik yang tersusun atas DNA dan protein. Kromosom itu ditemukan dalam setiap inti sel makhluk hidup. Pada kondisi normal, manusia memiliki dua kromosom 21. Sementara dalam tubuh penderita Down Syndrome terkandung tiga kromosom 21.
“Kelebihan kromosom inilah yang menjadi ciri dari Down Syndrome atau yang dikenal dengan istilah Trisomi 21,” seperti tertulis dalam rilis itu, Senin, 6 November 2017.
Kelainan kromoson terdiri dari beberapa jenis, yakni Down Syndrome, Patau Syndrome, Edward Syndrome, Klinifelter Syndrome, dan Turner Syndrome.
Direktur Utama Prodia Widyahusada Tbk, Dewi Muliaty , menyatakan bahwa kelainan kromosom yang paling sering terjadi berjenis Down Syndrome. Dewi melanjutkan, kelainan kromosom pada janin dapat terdeteksi sejak bayi masih di dalam kandungan.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
9 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.