Polusi Udara Mengancam Otak Bayi, Simak Risetnya
Reporter
Antara
Editor
Susandijani
Kamis, 7 Desember 2017 19:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 17 juta bayi di dunia tinggal di daerah dengan pencemaran udara enam kali lipat dari ambang batas disarankan dan perkembangan otak mereka terancam, kata Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada Rabu 6 Desember 2017.
Sebagian besar dari bayi tersebut -lebih dari 12 juta- berada di Asia Selatan, kata kajian tentang anak-anak berusia kurang dari setahun, menggunakan citra satelit untuk melacak daerah terdampak paling parah.
"Pencemar tidak hanya membahayakan paru-paru, yang berkembang pada bayi, juga dapat secara tetap merusak otak mereka, yang sedang berkembang. Dengan demikian, masa depan mereka terancam," kata Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake.
Baca:John Mayer Gagal Konser Karena Jalani Apendektomi, Apa Itu?
Setiap pencemaran udara di atas ambang batas disarankan Organisasi Kesehatan Dunia dapat berbahaya bagi anak-anak dan ancaman tersebut berkembang seiring dengan pemburukan pencemaran, kata UNICEF.
Pencemaran udara terkait erat dengan asma, pneumonia, bronkitis dan infeksi pernafasan lainnya, menurut badan tersebut.
Temuan ilmiah tentang hubungannya dengan perkembangan otak masih belum dapat dipastikan, namun bukti yang berkembang pesat merupaka "alasan pasti untuk menjadi perhatian", demikian Nicholas Rees dari UNICEF, penulis laporan tersebut.
Perkembangan otak dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak sangat penting untuk pembelajaran, pertumbuhan dan agar mereka "mampu melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan dan cita-citakan dalam hidup", katanya. Baca: Kenali 3 Vaksin Difteri dan Apa Pentingnya Imunisasi Lanjutan?
"Banyak fokus terus memastikan anak-anak memiliki pendidikan bermutu, tapi yang juga penting adalah perkembangan otak itu sendiri," tambah Anthony.