Bedanya Kejadian Luar Biasa dan Wabah Difteri

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 12 Desember 2017 19:42 WIB

Menteri Kesehatan Nila Moeloek memberi keterangan pers usai melihat pasien yang terkena virus Difteri di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, 11 Desember 2017. Tempo/Fakhri Hermansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan setiap wilayah yang melaporkan satu kasus difteri saja, maka dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) di wilayah tersebut. "KLB difteri bukanlah wabah, melainkan hanya peringatan," kata Nila dalam keterangan pers yang diterima Tempo Minggu 10 Desember 2017.

“Kalau ditemukan satu kasus klinis atau kasus difteri yang dinyatakan positif secara laboratorium, maka dinyatakan KLB dalam hal ini. KLB sebenarnya warning bukan wabah, artinya setelah menemukan kasus difteri ini harus melakukan tindakan pencegahan dengan imunisasi melalui ORI (Outbreak Response Immunization),” kata Nila. Baca: Foto Setya Novanto Buat Pria ini Sadar Menderita Sleep Apnea

Respon adanya KLB sebagai bentuk pencegahan yang bisa dilakukan Kemenkes adalah ORI terhadap wilayah yang melaporkan dengan jumlah kasus terbanyak. Mulai Senin 11 Desember 2017 ORI dilakukan di 12 kabupaten/kota di 3 provinsi. Baca: MUI Ingatkan Vaksin untuk Imunisasi Difteri Boleh Diberikan

Provinsi Banten dengan Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan. Di Provinsi DKI Jakarta ORI dilakukan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, dan di Jawa Barat ORI dilakukan di Purwakarta, Karawang, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi dengan sasaran 7,9 juta anak. Berikut adalah data 12 daerah yang akan melaksanakan ORI dengan jumlah anak dan usianya.

“Jika penderita dinyatakan positif difteri akan diberikan vaksin Anti Difteri Serum (ADS) ditambah antibiotik. Penderita ini (difteri) harus juga diberikan antibiotik dan harus tuntas minumnya sesuai resep dokter,” kata Nila.

Advertising
Advertising

Nila menjelaskan masalah KLB difteri sudah pernah terjadi di Indonesia sebelum 1990. Pada 1990 Indonesia dinyatakan bebas difteri. Namun terjadi lagi dan dapat di atasi lagi pada 2013. Sekarang terjadi lagi kasus difteri.

“Tahun 2013 Kementerian Kesehatan mencoba melakukan suatu survei, hasilnya memang kelihatan ada penurunan dari antibodi warga," kata Nila. Salah satu penyebabnya adalah masih banyaknya warga yang tidak mengikuti program imunisasi. Hal lain karena walaupun sudah diimunisasi, sayang warga itu tidak mendapatkan imunisasi lengkap,” ungkap Menkes Nila. Baca: Survey: Pria Indonesia Lebih Rajin Berolahraga, Apa Tantangannya?

Nila mengimbau kalau tidak melakukan imunisasi, efeknya tidak hanya akan dirasakan diri sendiri, atau anak sendiri, tetapi juga menyebabkan orang lain tertular. "Saya kira imunisasi ini selalu ada di Puskesmas dan orang tua didorong agar anaknya diimunisasi. Imunisasi ini harus dilakukan untuk mencegah korban dan kita harus melakukannya,” kata Nila.

Berita terkait

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

48 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

9 Oktober 2023

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

Difteri dapat menyebabkan kematian dalam waktu 48-72 jam jika tidak ditangani secara serius. Segera kenali gejalanya agar cepat mendapat pertolongan.

Baca Selengkapnya

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

8 Juli 2023

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

Otoritas kesehatan di Nigeria mengumumkan negara itu sedang mengalami wabah penyakit difteri setelah terjadi kematian akibat penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

4 Juli 2023

Segudang Manfaat Buah Bidara Upas, Penyembuh Radang Usus Buntu hingga Diabetes

buah bidara dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

13 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

Jenis vaksin yang menjadi bagian program imunisasi rutin yang disediakan pemerintah semakin beragam. Simak daftarnya

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

7 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

COVID-19 menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imunisasi rutin anak. Ini strategi tingkatkan cakupan imunisasi nasional.

Baca Selengkapnya

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

29 April 2023

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

Balto dipuja sebagai pahlawan - menjadi subjek dalam buku dan film. Ilmuwan, dalam penelitian terbaru menemukan keunggulan gen anjing tersebut.

Baca Selengkapnya

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

17 Maret 2023

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri di Jawa Barat tercatat sebanyak 55 suspek dengan konfirmasi positif 13 orang hingga Februari 2023

Baca Selengkapnya

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

16 Maret 2023

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

Penyakit difteri akibat bakteri sangat mematikan.

Baca Selengkapnya

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

28 Juni 2022

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

Dokter mengatakan campak, rubella, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan harus segera dicegah penyebarannya melalui imunisasi.

Baca Selengkapnya