Waspadai Bahaya Anak saat jadi Selebgram, Predator Mengintai

Reporter

Bisnis.com

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 2 Februari 2018 13:01 WIB

Ilustrasi bayi minum. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar istilah ‘baby selebgram’ atau selebgram anak? Soal potensi pendapatan dari promosi produk, ataukah masalah etika?

Instagram kini menjadi platform media sosial teraktif nomor empat setelah Youtube, Facebook, dan Whatsapp pada Januari 2018 berdasarkan survei data yang dikeluarkan We Are Social.

Ada lebih dari 53 juta pengguna aktif Instagram di Indonesia atau 20 persen dari jumlah penduduk. Laki-laki tercatat sebagai pengguna terbanyak, mencapai 51 persen dari total pemilik akun media sosial milik Facebook ini. Baca: Jadi Tersangka KPK, ini Saat Zumi Zola Ingin Punya Wajah 'Ancur'

Banyaknya pengguna media sosial berbasis fotografi ini sejalan dengan barometer Google yang disajikan We Are Social, bahwa 44 persen aktivitas yang dilakukan dengan telepon seluler di Indonesia adalah mengambil foto dan video.

Ilustrasi bayi dan jam. shutterstock.com

Bagi Anda yang tengah punya bayi atau balita, mayoritas foto atau video yang diambil tak jauh-jauh dari aktivitas buah hati. Daripada hanya memenuhi memori penyimpanan ponsel, mungkin Anda berpikir membaginya ke IG, istilah populer untuk Instagram.

Advertising
Advertising

Benar atau tidak asumsi itu, nyatanya kini makin banyak akun IG yang isinya aktivitas bayi dan balita. Bahkan, sebagian kini telah bertransformasi menjadi selebgram--selebritas Instagram. Baca: Terungkap, ini Hadiah dari Melania Trump untuk Michelle Obama

Lebih jauh, aktivitas bayi dan anak-anak yang diunggah ke IG juga mendatangkan cuan. Ada yang sampai jutaan rupiah sekali unggah foto untuk promosi produk.

Semakin lama, ‘profesi’ bayi, balita, atau anak-anak yang menjadi selebgram terus bertambuh, meskipun batas usia yang boleh membuat akun IG adalah 13 tahun.

Beberapa yang sudah terkenal di luar anak artis--yang begitu lahir langsung populer--antara lain Moonella Sunshine Jo, Olivia Manzano Reyes, dan Scarlet Snow Belo. Akun asli mareka pun sudah dikloning dan akun palsu itu ikut menikmati cuan sebagai endorser.

Namun, bagaimana sebenarnya persoalan selebgram ini dari kaca mata perlindungan anak? Mengingat, tak semua orang tua paham betul bahayanya anak sering diekspos ke media sosial.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda menyebut bahwa kita harus bersikap adil dan bijaksana tekait dengan aktivitas selebgram bayi dan anak. “Artinya, tren ini tidak bisa semata-mata dinilai sebagai hal yang benar atau salah. Ini adalah masalah sosial. Artinya, pada kondisi dan saat tertentu, menjadikan anak sebagai selebgram sebenarnya tidak masalah sejauh ada pengawasan orang tua 100 persen,” kata Erlinda.

Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah sampai kapan batas toleransi atau ambang batas kita bisa memberikan keleluasaan kepada anak-anak untuk masuk ke dalam kategori selebgram.

Karena itu, menurut Erlinda, orang tua harus memastikan beberapa hal ketika sang buah hati jadi selebgram. Baca: Waspadai Fenomena Dokteroid, Orang yang Ngaku-Ngaku Dokter

Pertama, orang tua harus memastikan tumbuh kembang anak tidak terganggu.

Anak pada usia 0-5 tahun membutuhkan waktu istirahat yang cukup, lingungan yang sehat, dan stimulasi dari orang tua. “Menjadi selebgram tidak masalah, sejauh kegiatan tersebut tidak mengganggu tumbuh kembang fisik dan psikis anak,” katanya.

Kedua, orang tua harus memproteksi anaknya dari kejahatan siber. Sebab, lanjutnya, predator-predator yang bersembunyi di dunia maya itu mayoritas membidik anak-anak di bawah 10 tahun, khususnya pada rentang usia 3—8 tahun.

“Nah, untuk itu orang tua harus memastikan apakah anak-anak sudah diproteksi atau tidak. Misalnya, saat menerima tawaran endorse, jangan sekali-kali memberi informasi detail soal alamat anak dan kegiatan anak.” Baca: 3 Hal yang Bisa Buat Gigi Anda Kuning

Selain itu,kata Erlinda, jangan mengumbar identitas dan update status kegiatan anak secara konstan di media sosial. Sebab, hal itu bisa dipantau dan ditelusuri oleh oknum-oknum predator.

Ketiga, orang tua harus memperhatikan apakah anaknya menikmati kegiatan sebagai selebgram atau tidak.

Ilustrasi bayi berbicara dengan ibunya.

Orang tua harus sering berkomunikasi dengan anaknya; tanyakan apakah dia senang atau tidak tanpa mengurangi perlindungan pada anaknya.

Satu hal yang sangat penting, meskipun anaknya menjadi selebgram, orang tua harus memastikan buah hatinya bertumbuh dan berkembang di lingkungan yang seumurannya. Sebab, jika tidak, hal itu akan mengganggu psikologis dan kemampuan bersosialisasi dari anak.

Kalau hal-hal di atas bisa dilakukan dan dipenuhi oleh orang tua, tidak masalah menjadikan anak sebagai selebgram. Toh, kita harus bisa memaksimalkan potensi anak dan kesempatan yang ada. Kita harus bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk hal yang positif.

“Untuk balita atau batita, seluruh koridor kegiatan selebgram sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua yang harus tahu kapan saatnya anak bisa diekspos, kapan tidak perlu diekspos,” katanya.

Menurutnya, pada saat orang tua terlalu mengeksploitasi anak dan terlalu mendorong anak sampai pada batasan yang berlebihan, anak akan terkontaminasi dengan hal-hal negatif. Misalnya, dia menjadi kelelahan atau justru menjadi pecandu medsos yang haus popularitas. Baca: Raisa dan Antusiasme Para Artis Saksikan Gerhana Bulan

Jadi, yang harus dilakukan orang tua adalah melakukan edukasi sejak dini bahwa anaknya masuk ke dunia selebgram. Orang tua harus mengajarkan anaknya untuk bisa memproteksi diri sendiri juga dan selalu bersikap terbuka dengan ayah dan ibu saat ada permasalahan.

Erlinda juga mengkritik soal manfaat menjadikan anak sebagai selebgram. Pasalnya, 80 persen selebritas yang menjadikan anaknya sebagai selebgram merasakan manfaat kenaikan value karena kelucuan anaknya. “Terus terang saja manfaatnya hanya menambah nilai keekonomian bagi orang tuanya saja.”

Namun ia tak menampik adanya manfaat pengembangan karier anak sejak dini jika akan terjun ke dunia hiburan. Baca: Kasus Edit Foto Adriansyah Martin, ini Kata Keluarga

KPAI sendiri memberikan perlindungan dalam koridor edukasi, komunikasi, dan informasi. Jika ada pihak yang mengadukan eksploitasi anak, KPAI bisa memberikan advokasi dan melakukan pembinaan untuk orang tuanya. “Kalau mereka membandel, kami bisa menguji coba dengan tindakan pidana dengan tudingan pelanggaran UU Perlindungan Anak.”

Proses hukum tersebut baru bisa dilakukan jika ada pengaduan. Sebab kasus eksploitasi anak ini adalah delik aduan, berbeda dengan kekerasan seksual yang bisa langsung ditindak tanpa harus ada yang melaporkan terlebih dulu.

Berita terkait

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

1 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

1 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

2 hari lalu

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

Marselino Ferdinan menjadi sorotan di media sosial usai timnas Indonesia u-23 dikalahkan Irak 1-2 di perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

3 hari lalu

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi di berbagai bidang, baik seni maupun bidang lain.

Baca Selengkapnya

Rayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat 35 Link Twibbon Ini

4 hari lalu

Rayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat 35 Link Twibbon Ini

35 Twibbon Hari Pendidikan Nasional, silakan download dan upload untuk merayakannya.

Baca Selengkapnya

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

5 hari lalu

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

Twibbon dapat digunakan untuk turut menyemarakkan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024. Silakan unggah dan tayang.

Baca Selengkapnya

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

5 hari lalu

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

Dalam sidang terungkap bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

5 hari lalu

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

Kominfo mengaku telah mengatur regulasi terkait pelanggaran data pribadi oleh penyelenggara elektronik seperti TikTok.

Baca Selengkapnya