Sisi lain Keuntungan Jam Kerja Fleksibel untuk Pekerja Kreatif

Reporter

Bisnis.com

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 5 Februari 2018 11:00 WIB

Pengunjung berswafoto di salah satu sudut ruang Bandung Creative Hub (BCH), Bandung, 28 Desember 2017. Gedung ini merupakan fasilitas publik pertama dari Pemerintah Kota Bandung yang mewadahi kepentingan, kebutuhan pelaku industri kreatif sebagai sarana pengembangan kreativitas, dan edukasi. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak jarang kita mendengar ‘pekerja kantoran’ yang ingin banting setir menjadi pekerja kreatif. Mereka berani terjun ke dunia kerja yang tidak terikat jam pabrik atau kantor, karena memiliki ekspektasi tinggi soal kebebasan, independensi, dan kerenggangan ikatan dinas atau komitmen.

Pekerjaan-pekerjaan kreatif seperti jurnalis, seniman, freelancer, desainer grafis, dan sebagainya yang terlihat seolah-olah memiliki jam kerja yang fleksibel menjadi impian banyak orang—khususnya generasi muda—belakangan ini.

Akan tetapi, di balik citra tersebut, terselip fakta bahwa pekerja di sektor non manufaktur kerap kali menghadapi persoalan kesehatan yang serius dibandingkan dengan mitra mereka yang bekerja teratur pada jam kantor. Sayangnya, fakta tersebut jarang diekspose ke muka publik.

Cosplayer melakukan selfie saat mengikuti acara Popcon Asia 2017 di Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan, Jakarta, 5 Agustus 2017. Ajang perayaan pop culture berskala Internasional ini kembali menampilkan karya-karya terbaik pelaku industri kreatif di Indonesia. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Contoh sederhana yang cukup sering terjadi adalah seorang pekerja kreatif dengan jam terbang tinggi dan himpitan deadline kerja yang sangat ketat seringkali abai terhadap jadwal makan dan istirahat. Ujung-ujungnya, tak sedikit dari mereka yang tidak sadar terjangkit penyakit kronis.

Jam kerja yang fleksibel di kalangan pekerja kreatif kerap kali berbanding lurus dengan gangguan kesehatan. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman dan komitmen yang lebih serius di antara penyelenggara kerja untuk mewujudkan ekosistem kerja yang sehat dan kondusif. Baca: Gaya Pengacara Harus Mewah?Ini Kata Hotman Paris dan Elza Syarief

Advertising
Advertising

Apalagi, pemerintah terus bergerak untuk memaksimalkan bonus demografi, dimana tenaga kerja produktif Indonesia diperkirakan tumbuh menjadi 64 persen dari jumlah populasi. Jika bonus demografi itu digarap dengan baik, Indonesia berpotensi menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia.

Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) sebagai modal utama proyek tersebut menjadi sangat krusial. Pengelolaan yang dimaksud tidak melulu soal peningkatan keahlian dan kompetensi, tetapi menjangkau ke masalah kesehatan dan keselamatan dalam ekosistem pekerja kreatif.

Bersinggungan dengan bulan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Nasional selama 12 Januari—12 Februari 2018, Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (Sindikasi) menggelar festival Work Life Balance untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan kerja yang kondusif bagi pekerja kreatif. Acara yang diselenggarakan di Gedung Joang ’45 Menteng, Jakarta itu juga diselenggarakan paralel di kota-kota lain selama Februari, yaitu di Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

Terkait festival tersebut, Ketua Sindikasi Ellena Ekarahendy menjelaskan kasus kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan akibat kerja terus meningkat dan tidak diikuti dengan jaminan hukum dan instrumen turunannya yang memadai dalam menghadapi dunia kerja pada era digital. “Sebagai sebuah serikat pekerja, Sindikasi melihat bulan K3 sebagai momentum yang tepat untuk mendialogkan kemungkinan-kemungkinan solusi bagi kondisi-kondisi yang dialami pekerja nonmatufaktur,” ujarnya. Baca: Kolorektal, Kanker Kedua yang Mengancam Pria, Kenali 4 Tandanya


Dia mengatakan festival tersebut membedah soal peluang, tantangan, kesehatan, dan keselamatan kerja dalam ekonomi digital. Topik lain yang diulas dalam pergelaran tersebut adalah isu tukar tambah (pe)kerja maya dan kesehatan mental pekerja digital. “Seluruh rangkaian acara dapat diikuti secara terbuka, tidak hanya oleh parra pelaku atau penggiat ekonomi kreatif, tetapi juga untuk siapapun elemen masyarakat yang tertarik mengetahui geliat dan dinamika di sektor ini,” kata Ellena. Selain mencari solusi bagi pekerja kreatif, festival tersebut dapat menjadi ruang berekspresi bagi awak industri media dan kreatif, yang meski sering disebut sebagai tulang punggung ekonomi masa depan Indonesia, masih harus menghadapi sejumlah kerentanan.

RENTAN DEPRESI

Di balik industri kreatif yang tumbuh 43 persen pada tahun lalu dan menyerap lebih dari 15,9 juta tenaga kerja pada 2016, tersimpan fakta memprihatinkan bawasannya para pekerja kreatif lebih rentan mengalami depresi akibat kecenderungan overwork. Hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Jepang, misalnya, tercatat 96 pekerja kreatif tewas karena sakit dan 93 bunuh diri dan percobaan bunuh diri akibat gangguan mental karena terlalu banyak bekerja atau yang disebut karosi.

Menurut Ellena, pekerja non manufaktur di Indonesia juga kerap mengalami gejala gangguan psikologis yang serupa. Banyak pekerja kreatif yang terbiasa dengan lembur karena tidak adanya sistem yang memproteksi jam kerja mereka. Bahkan, tidak sedikit yang dibayar dengan upah minimalis. Baca: Gaya Unik Paspampres, dari Sujud Syukur sampai Pesona Busana Adat

Menurut Koordinator Lembaga pemerhati K3 Local Initiative for OSH Network, Wiranta Yudha Ginting, pemerintah belum memiliki koridor proteksi yang mumpuni untuk melindungi para pekerja kreatif yang lebih banyak bergerak di ranah informal. Padahal, masalah overwork di seluruh negara Asia semakin menjadi isu kritis yang harus segera dituntaskan. Untuk itu, dia mengusulkan adanya pendefinisian ulang hubungan ketenagakerjaan di sektor kreatif; seperti definisi ulang tempat kerja dan job description.

Untuk diketahui, Organisasi Buruh Dunia (International Labor Organization/ILO) mencatat 26,3 persen pekerja di Indonesia bekerja selama lebih dari 49 jam dalam sepekan. Padahal UU No.13/2013 tentang ketenagakerjaan hanya mempebolehkan maksimal jam kerja adalah 40 jam/pekan.

Berita terkait

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

13 jam lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

2 hari lalu

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

Anandira Puspita, akan menjalani sidang praperadilan perdana di Pengadilan Negeri atau PN Denpasar, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

2 hari lalu

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

Ini yang harus diperhatikan dan dipantau saat ikut rekrutmen bersama BUMN.

Baca Selengkapnya

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

3 hari lalu

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

Psikolog memberi saran pada orang tua kapan sebaiknya boleh memberi akses internet sendiri pada anak.

Baca Selengkapnya

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

5 hari lalu

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.

Baca Selengkapnya

Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

6 hari lalu

Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

Orang sering menggunakan media sosial untuk memposting momen terbaiknya, membuat feed terlihat seperti highlight reel dari pengalaman keren.

Baca Selengkapnya

Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

6 hari lalu

Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

Hari Bumi atau Earth Day pada 22 April dapat dirayakan dengan berbagai aktivitas termasuk meramaikan di media sosial lewat unggahan twibbon.

Baca Selengkapnya

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

6 hari lalu

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah

Baca Selengkapnya

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

7 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

7 hari lalu

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.

Baca Selengkapnya